Esposin, SOLO -- Puncak acara Earth Hour di Kota Solo, Sabtu (24/3/2018) malam, dipusatkan di Panggung Gesang Resto Omah Sinten, kawasan Ngarsapura, Solo. Dalam kegiatan tersebut, Komunitas Earth Hour Kota Solo mengajak masyarakat mematikan lampu sebagai bentuk kecintaan kepada bumi.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Switch Off ditandai dengan pemukulan kentongan secara bersamaan oleh perwakilan Earth Hour Solo, pemilik Omah Sinten dan Komunitas Onthel Lawas. Seluruh lampu di Omah Sinten kemudian dipadamkan dan hanya nyala lilin yang menerangi pengunjung. Tiba-tiba, lampu di kawasan Ngarsopura padam.
Koordinator Earth Hour Solo, Ahmad Dhafir, saat ditemui
Ia menjelaskan, gerakan Earth Hour tak hanya mematikan lampu setiap 24 Maret, tapi juga mengampanyekan berbagai kegiatan untuk menjaga keanekaragaman hayati.
"Tahun ini temanya adalah Connect To Earth atau terhubung ke bumi. Gerakan Earth Hour adalah menjaga kelestarian bumi sekaligus berkampanye beli yang baik yaitu beli yang tak menghasilkan sampah atau mengurangi sampah," kata dia.
Menurutnya, tahun ini pihaknya mendapat dukungan dari Pemkot Solo. Dukungan itu berwujud surat imbauan dari Pemkot kepada masyarakat hingga tingkat RT/RW untuk mendukung gerakan kampanye lingkungan Earth Hour dengan memadamkan lampu atau alat elektronik yang tidak sedang digunakan di rumah maupun lingkungan tempat tinggal mereka.
Dhafir mengungkapkan Earth Hour adalah kampanye global yang diinisiasi WWF di Sydney, Australia pada 2007. Earth Hour di Indonesia dimulai pada 2009. "Selama 10 tahun, gerakan ini sudah merambah di 67 kota di Indonesia," tuturnya.
Pemilik Omah Sinten, Slamet Raharjo, mengatakan sangat mendukung kegiatan tersebut. Ia menyadari, sebagai pengusaha yang banyak menggunakan energi listrik, mematikan listrik satu jam akan dapat menghemat banyak energi.
"Pengaruhnya kepada lingkungan dan keseimbangan alam. Ini adalah milik kita," kata dia.