Esposin, SRAGEN — Sebanyak 19 kelompok tani (poktan) di 10 desa dan kelurahan di Kecamatan Karangmalang, Sragen, menyiapkan 650 hektare lahan sawah untuk Indeks Pertanaman Padi (IP) 400 pada 2022 ini. Sementara Pemkab Sragen menargetkan IP400 itu bisa dilaksanakan di 10.000 hektare.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Sragen, Sakri, mulai mendistribusikan benih padi yang akan digunakan untuk program IP400. “Benih padi itu bersifat stimulan. Sesuai petunjuk teknisnya, benih padi hanya diberikan 25 kg/hektare. Bila ada kekurangan dicukupi secara swadaya,” ujar Sakri saat dihubungi Esposin, Rabu (16/2/2022).
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
IP 400 merupakan upaya meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi dan pembukaan lahan baru. Konsepnya adalah dalam satu tahun di hamparan sawah yang memiliki irigasi sepanjang tahun dapat ditanami padi selama empat kali.
Baca Juga: Bersiaplah Petani Sragen! Pemerintah Pangkas Alokasi Pupuk Bersubsidi
Yuniarso menerangkan dalam IP400 itu musim tanam pertama dilakukan pada Desember 2021 dan panen dilakukan pada akhir Februari 2022 ini sudah dihitung.
“Kami bersama poktan sudah sepakat apa pun yang terjadi untuk IP400 akan dihadapi bersama-sama. Untuk musim tanam kedua nanti, sudah ada bibit Inpari 32 dan Ciherang dengan umur tanaman 104-105 hari. Idealnya memang harus benih super genjah dengan umur 85-90 hari. Untuk benih super genjah itu akan datang pada awal Juli mendatang,” jelas Yuniarso.
Baca Juga: Bupati Sragen Ngaku Sisakan Jebakan Tikus Listrik Buat Anggota DPR RI
Bulan Larangan
Petani menghindari bulan-bulan tertentu saat tanam, yakni Februari dan Juni. Bila menanam padi di dua bulan itu dalam perhitungan pranata mangsa petani Karangmalang, rentan terhadap hama atau penyakit. Yuniarso menghormati keinginan para petani karena yang penting dalam IP400 itu kompak atau gotong-royong.“Problem air aman. Untuk benih ada super genjah nanti. Kekurangan pupuk juga akan dibantu dengan pupuk non subsidi, khususnya NPK sebanyak 100 kg per hektare. Untuk antisipasi hama dari petugas pemantau hama juga siap. Kami juga didukung dari KTNA [Kontak Tani Nelayan Andalan],” katanya.
Ketua KTNA Sragen, Suratno, menerangkan perlu adanya inovasi dalam pertanian tanaman pangan. Dia melihat IP400 itu merupakan inovasi baru yang perlu dicoba dan diupayakan, tetapi kebutuhan pendukungnya harus diperhatikan. Seperti ketersediaan pupuk, pengendalian hama, dan pengelolaan pascapanen.
Baca Juga: Ini Petani Sragen Pelopor Pola Tanam 4 Kali Setahun, Ditiru Kementan
Petani dari Poktan Sri Makmur, Plosokerep, Karangmalang, Edy Narwanto, setuju dengan inovasi IP400. “Kami siap mencobanya. Untuk pengendalian hama, terutama tikus, kami akan kompak. Selama tanamnya kompak atau serempak maka saya optimistis bisa mengendalikan tikus sampai 50-79%,” ujarnya. Poktan Sri Makmur Plosokerep memiliki 180 anggota.