Esposin, KLATEN -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten akan menggelar rapid test massal di barak pengungsian di lereng Gunung Merapi. Uji cepat ini untuk memudahkan tenaga kesehatan (nakes) dalam melakukan screening para pengungsi dan pihak lain terkait.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Anggit Budiarto, mengatakan setelah rapid test akan dilanjutkan dengan swab test jika ada yang hasilnya reaktif. Dinkes akan berkoordinasi dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jogja dalam langkan screening ini.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
"Ini dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 di barak pengungsian. Selama ini sudah ada 40 warga yang menjalani swab. Hasilnya masih menunggu. Kami berencana melaksanakan rapid test serentak. Jadwalnya, kira-kira setelah hasil swab 40 orang itu diketahui," kata Anggit, kepada Esposin, Selasa (17/11/2020).
Tambah 26 Sehari, Pasien Covid-19 di Klaten yang Sembuh Jadi 999
"Total spesimen yang diperiksa di Klaten, minimal 13.536 spesimen. Itu harapan minimal kami. Hingga sekarang, yang sudah diperiksa mencapai 11.163 spesimen," kata Anggit Budiarto.
Wajid Terapkan Protokol Kesehatan
Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Sip Anwar, mengimbau masyarakat, termasuk para pejabat, yang datang ke barak pengungsian untuk menaati protokol pencegahan Covid-19. Yakni memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan sering mencuci tangan pakai sabun.Murid di Daerah Rawan Bahaya Erupsi Merapi Tetap Ikuti Pembelajaran Daring
"Di tengah kondisi seperti ini, yang perlu diwaspadai tak hanya dampak erupsi Gunung Merapi. Tapi juga pencegahan persebaran virus corona, soalnya masih berlangsung pandemi Covid-19. Jangan sampai ada klaster di barak pengingsian," katanya.Jumlah pengungsi di Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, hingga, Senin (16/11/2020) pukul 21.00 WIB, sebanyak 76 orang. Para pengungsi berasal dari Dukuh Canguk, Sumur, dan Pajegan. Sementara pengungsi di Balerante di kecamatan yang sama mencapai 277 orang. Para pengungsi berasal dari Dukuh Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang, Sukorejo, dan Ngelo.
"Di Sidorejo belum ada pengungsian. Tapi, kami sudah berupaya menyekat barak pengungsian di kawasan rawan bencana (KRB) III itu [Balerante, Sidorejo, dan Tegalmulyo]," kata Sip Anwar.