Esposin, SRAGEN — Persoalan jalan rusak yang menjadi dampak atas lalu lintas truk bermuatan batu menjadi dilema tersendiri bagi Pemerintah Desa (Pemdes) Sambi, Kecamatan Sambirejo, Sragen. Pasalnya, banyak warga Desa Sambi yang menggantungkan hidupnya dari lalu lintas truk dump itu.
Jumla warga Sambi yang bekerja menjadi sopir truk dan pemecah batu disebut tak sedikit. Sayangnya, keberadaan truk-truk pengangkut material galian C itu juga dikeluhkan warga lain yang dianggap jadi biang kerusakan jalan.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Dilema itu diakui Kepala Desa Sambi, Kresna Widya Permana. Ia membenarkan adanya beberapa ruas jalan Sambi-Sukorejo di yang rusak.
"Kalau aktivitas truk dump itu dihentikan maka banyak warga kami yang terdampak. Banyak warga kami yang menggantungkan hidup sebagai sopir truk dump itu dan juga bekerja di depo pemecah batu. Jadi kami memakluminya,” jelas dia saat dihubungi Esposin, Senin (29/8/2022).
Baca Juga: Warga Sragen Minta Dishub Tertibkan Truk di Jalan Sambirejo-Sukorejo
Ia mengatakan lalu lintas truk dump bermuatan batu saat ini intensitasnya tidak seperti dulu. Kresna menyebut kerusakan jalan minim dan ia telah mengajukan usulan perbaikan ke DPU [Dinas Pekerjaan Umum].
Banyak warga Kresna yang menjadi sopir truk dump. Tetapi lebih banyak lagi yang bekerja sebagai tukang pemecah batu. Ia menyebut jumlahnya sekitar 20-an orang. Di sepanjang jalan Sambirejo-Sukorejo di Desa Sambi ada empat depo pemecah batu. Belum termasuk yang di kampung-kampung.
“Dalam sehari mereka hanya keluar beberapa rit saja karena kemampuan manusia terbatas. Dulu sebelum membangun jalan, teman-teman di DPU itu komunikasinya dengan saya. Untuk menentukan lokasi-lokasi mana yang harus dibeton dan lokasi mana yang cukup diaspal. Alhamdulillah lebih efektif dan awet sekarang,” ujarnya.
Kresna berharap jalan Jambeyan-Winong segera selesai dibangun agar lalu lintas truk dump tidak menumpuk di jalan Sambirejo-Sukorejo. Namun bisa melintasi jalan Jambeyan-Winong. Jika ini yang terjadi, bisa jadi jalan Sambirejo-Sukorejo akan lebih awet, namun jalan Jambeyan Winong yang giliran rusak.
Baca Juga: Gelar Razia di Sambirejo, Dishub Sragen Panen Truk yang Melanggar
DPU Senang Bila Truk Ditertibkan
Sementara itu, Kepala DPU, Sragen Raden Suparwoto, menerangkan penanganan dan pencegahan jalan rusak harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan lintas organisasi perangkat daerah (OPD).Terkait banyaknya truk dump bermuatan galian C itu yang melintasi jalan itu, menurutnya, penertibannya harus dimulai dari proses perizinannya, penegakan jumlah berat yang dibolehkan (JBB) tonase, penegakan peraturan daerahnya dan lainnya.
“Kami di DPU senang bila truk dump yang melebihi JBB ditertibkan. Sarana kami sudah sesuai perencanaan. Dalam perkerasan jalan itu ada dua, yakni perkerasan rigid dengan betonisasi dan perkerasan lentur dengan aspal. Nah, musuhnya aspal itu air dan beban. Aspal akan rusak bila menerima beban dalam jangka waktu lama. Contohnya jalan aspal di tempat pemberhentian lampu merah biasanya cepat rusak,” ujarnya.
Dia menerangkan jalur Sambi-Sukorejo itu memungkinkan digunakan perkerasan rigit beton semua tetapi ada pertimbangannya, seperti pertimbangan kontur tanah, anggaran, dan pertimbangan lainnya.