Mungkin beberapa pelintas jalan Solo-Boyolali-Semarang tak asing dengan tanaman andalan warga di daerah Kecamatan Mojosongo, Boyolali. Tanaman andalan itu adalah pepaya atau kates. Ternyata tanaman ini tak hanya terdapat di pinggiran jalan besar itu, melainkan juga ditanam banyak warga di Kecamatan Mojosongo, seperti di Desa Madu.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
“Hampir 90 persen warga disini yang punya kebun ditanami pepaya, mayoritas jenis papaya thailand,” kata warga Dukuh Sidodadi, Desa Madu, Sutarno, 33, saat ditemui Esposin, Minggu (15/4/2012) siang.
Terkait hasil berkebun pepaya, ia mengaku lumayan menguntungkan. Ia menjelaskan hasil yang didapat tersebut rata-rata sebagai pendapatan sampingan para warga. “Banyak yang sampingan. Kami biasa menjual Rp1800 per kilogram atau Rp4000 hingga Rp5000 per biji. Banyak yang mengambil kemari untuk dikirim ke Semarang, Jakarta,” tambahnya.
Selain dikonsumsi langsung, pepaya juga biasa dikulak untuk bahan baku saus. Didukung cocoknya karakter tanah disana, warga biasa mengunduh buah setelah satu tahun pohon ditanam.
Usaha itu cukup membuat masyarakat setempat tertarik, hingga warga seperti Sutrisno, 51, berani berspekulasi menyewa lahan seluas 1000 meter persegi dari tanah kas desa setempat. “Kebetulan ada program pemerintah dengan dibantunya kami dalam pengadaan bibit. Setiap lima hari, penghasilan Rp150.000 hingga Rp180.000 masuk kantong,” katanya.
Dengan komposisi pemberian pupuk yang tepat, Sutrsino mengaku mampu mengunduh buah pepaya 10 bulan setelah pohon ditanam.