Esposin, KLATEN--Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai marak terjadi di daerah Prambanan dalam satu pekan terakhir. Guna memerangi DBD, warga di Prambanan gencar membasmi penyakit tersebut melalui kerja bakti di lingkungan sekolah, selokan, sungai, dan jalan.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Informasi yang dihimpun Esposin, belasan siswa di SDN 1 Prambanan mulai terkena DBD dalam satu pekan terakhir. Hal ini menjadikan warga perlu meningkatkan kewaspadaan agar DBD tak menyebar lebih parah di Prambanan.
“Makanya, hari ini anak-anak sekolah kami ajak untuk kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah [di Prambanan ini ada 32 SD]. Tak hanya peserta didik, para guru dan karyawan lain juga dilibatkan dalam kerja bakti ini,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Prambanan, Mulyono, kepada wartawan, Sabtu (23/4/2016).
Selain kerja bakti, lanjut Mulyono, para peserta didik di Prambanan diimbau agar menghindari bermain di tempat yang ada genangan air. Pola hidup bersih dan pola hidup sehat perlu digalakkan di masa mendatang. “Sosialisasi seperti itu juga kami lakukan. Sesuai rencana, kerja bakti ini akan menjadi kegiatan rutin ke depan,” katanya.
Hal senada dijelaskan Camat Prambanan, Suhardi, mengatakan jumlah kasus DBD di daerahnya mulai Januari 2016-Maret 2016 mencapai 26 kasus. Daerah Prambanan juga dikenal sebagai daerah darurat DBD.
“Di sini kami ingin menggerakkan semua elemen masyarakat agar ikut aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Hari ini [kemarin] fokos di dua desa, yakni Kebondalem Kidul dan Tlogo. Besok [hari ini], semua warga di 16 desa juga akan melakukan kerja bakti,” katanya.
Sebagaimana diketahui, jumlah kasus DBD di Klaten meningkat tajam dalam tiga bulan terakhir. Dari 296 kasus DBD sejak Januari 2016, empat orang penderita DBD meninggal dunia. Di tahun 2015, jumlah DBD di Kota Bersinar mencapai 525 kasus.
“Dalam memberantas DBD yang paling efektif adalah mematikan jentik nyamuknyam daripada sibuk membunuh nyamuk dengan fogging,” kata Kepala Bidang (kabid) Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Klaten, Herry Martanto.