Esposin, BOYOLALI -- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Boyolali telah menembus 690 kasus per Kamis (25/7/2025) pukul 08.00 WIB. Dari jumlah kasus tersebut, ada 10 orang yang meninggal dunia.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, sepanjang Januari-25 Juli 2024, kasus DBD mencapai puncaknya pada Maret dengan 157 kasus dan empat orang meninggal dunia.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Selengkapanya pada Januari 2024, Dinkes mencatat ada 78 kasus DBD dengan dua orang meninggal dunia. Jumlah itu naik pada Februari dengan 89 kasus dan satu orang meninggal dunia.
Pada Maret melonjak dengan 157 kasus dan empat orang meninggal. Kemudian pada April, jumlah kasus DBD menurun dengan 119 kasus DBD lalu naik lagi pada Mei dengan 134 kasus DBD. Tidak ada kasus meninggal dunia pada dua bulan tersebut.
Selanjutnya, pada Juni kasus DBD menurun lagi dengan 80 kasus akan tetapi ada satu orang meninggal dunia. Pada Juli hingga tanggal 25, tercatat ada 33 kasus dengan dua orang meninggal dunia.
Berdasarkan catatan Esposin, dua orang yang meninggal dunia akibat demam berdarah dengue di Boyolali pada Januari berasal dari Desa Bojong, Wonosegoro dan Desa Kalinanas, Kecamatan Wonosamodro. Lalu, korban meninggal pada Februari berasal dari Desa/Kecamatan Teras.
Pada Maret terdapat empat kasus kematian akibat DBD yang masing-masing dari Desa Gunungsari di Kecamatan Wonosamodro, Desa Manjung di Kecamatan Sawit, Desa Bolo dan Desa Guwo di Kecamatan Wonosegoro.
Sebaran Kasus per Puskesmas
“Pada Juni ada satu kasus meninggal dunia karena DBD di Kecamatan Teras. Lalu, pada Juli dua kasus meninggal dunia di Pulisen [Kecamatan Boyolali] dan di Kecamatan Sambi,” kata Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, Kamis.Dilihat sebaran per Puskesmas, kasus demam berdarah dengue di Boyolali, terbanyak ada di Puskesmas Boyolali II sebanyak 66 kasus. Kemudian Puskesmas Teras dengan 60 kasus dan dua orang meninggal, Puskesmas Cepogo ada 58 kasus, Puskemas Musuk 57 kasus, Puskesmas Sambi juga 57 kasus tapi dengan satu orang meninggal.
Puskesmas Andong mencatatkan 56 kasus, Puskesmas Ngemplak 51 kasus, Puskesmas Karanggede 35 kasus, Puskesmas Ampel 33 kasus, Puskesmas Simo 33 kasus, Puskesmas Kemusu 31 kasus, Puskesmas Juwangi 25 kasus, Puskesmas Banyudono I 20 kasus.
Berikutnya, Puskesmas Gladagsari ada 20 kasus, Puskesmas Boyolali I ada 17 kasus dan satu orang meninggal dunia, Puskesmas Sawit ada 17 kasus dan satu orang meninggal dunia, Puskesmas Klego II ada 16 kasus, Puskesmas Mojosongo 15 kasus, Puskesmas Wonosamodro 12 kasus dengan dua orang meninggal dunia.
Kemudian Puskesmas Nogosari ada 10 kasus, Puskesmas Wonosegoro ada 8 kasus dan 3 meninggal dunia, Puskesmas Klego I ada 8 kasus, Puskesmas Tamansari 8 kasus, Puskesmas Banyudono II ada 6 kasus, terakhir Puskesmas Selo 1 kasus.
Puji mengatakan upaya pencegahan demam berdarah yang paling efektif adalah gerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), bukan fogging.
“Fogging bukan cara utama memberantas demam berdarah, tapi PSN dan pembersihan lingkungan. Namun, masyarakat inginnya begitu ada kasus, fogging,” kata Puji.
Satu Rumah Satu Jumantik
Ia mengatakan telur nyamuk penyebab demam berdarah bisa bertahan lama. Telur yang menempel di dinding-dinding ketika tidak mendapat air tidak akan berubah menjadi jentik-jentik. Namun, ketika terkena air bisa muncul jentik-jentik nyamuk.Ia meminta masyarakat untuk tidak menggantungkan baju, terutama di tempat gelap atau di dinding rumah. Menurut Puji, nyamuk juga suka bersarang di pelepah pohon pisang.
Puji menambahkan jentik-jentik nyamuk justru tidak hidup di tempat yang berbatasan dengan tanah seperti sungai. Namun, ia tumbuh di wadah yang tidak bersentuhan dengan tanah seperti pot, vas bunga, dan sebagainya.
Puji menjelaskan salah satu usaha Pemkab Boyolali untuk menurunkan kasus demam berdarah adalah dengan program satu rumah satu jumantik atau juru pemantau jentik-jentik. Masing-masing pemilik rumah akan memantau jentik-jentik di rumahnya.
“Intinya jika tidak ada jentik-jentik nyamuk, maka tidak ada nyamuk. Jika tidak ada nyamuk, tidak ada DBD,” kata dia.
Selain itu, Dinkes Boyolali juga meminta masyarakat tidak ragu meminta obat pembunuh jentik-jentik nyamuk atau Abate di Puskesmas terdekat. Abate diberikan secara gratis untuk masyarakat selama persediaan masih ada.