Esposin, WONOGIRI - Bisnis batu akik kini mulai surut sehingga berdampak pada kelangsungan aktivitas para pengrajin batu akik di Wonogiri. Tak sedikit dari mereka yang berhenti beroperasi karena mulai sepinya peminat.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
"Di Tirtomoyo pada beberapa bulan lalu ada banyak pengrajin. Tapi saat ini sudah tutup karena situasinya sudah tidak seperti dulu," kata salah satu pengrajin batu akik Tirtomoyo yang masih bertahan, Hartono, saat ditemui wartawan di Tirtomoyo, belum lama ini.
Menurutnya saat terjadi demam batu akik, banyak warga yang berinisiatif membuka usaha penggosokan batu akik. "Mereka mengusahakan peralatan sendiri dan membuka usaha sendiri. Artinya kemauan itu ada, dan masyarakat di Wonogiri banyak yang memiliki keahlian [membuat akik]. Tapi saat ini mereka tidak bisa lagi membuka usahanya karena sepinya pembeli," kata dia.
Dia berharap pemerintah kabupaten (pemkab) dapat mewadahi para pengrajin batu akik yang tidak bisa beroperasi karena kondisi. Setelah ditampung dalam satu wadah, dapat diberi bantuan berupa peralatan dan pemasaran.
"Masalah utama pengrajin adalah pemasaran. Untuk bahan baku, Wonogiri memiliki potensi bagus. Tapi sebagian hanya terjual dalam bentuk batu gelondongan. Kalau batu Wonogiri dapat dijual dalam bentuk barang jadi akan lebih baik," kata dia.
Sementara itu Kepala Bidang Perindustrian, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi UMKM (Disperindagkop), Sulistiyani, mengatakan saat ini pihaknya telah mulai menggandeng para pengrajin batu akik untuk mengembangkan diversifikasi produk.
"Jangan hanya berupa akik, tapi dapat dibuat berbagai jenis produk dari bahan yang sama. Kami sudah lakukan pelatihan kepada pengrajin belum lama ini," kata dia saat ditemui wartwan di kantornya, Selasa (12/1./2016).