Esposin, BALAI KOTA — Konsultan pelaksana proyek pembangunan Pasar Legi akhirnya merampungkan detail engineering design (DED) sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.29/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
Perencanaan juga sudah memenuhi nilai untuk memperoleh predikat Pratama Bangunan Gedung Hijau dengan nilai 120 poin. DED revitalisasi pasar induk di Kota Bengawan itu disosialisasikan kepada pedagang di Pendapi Gede, Kompleks Balai Kota Solo, Kamis (19/12/2019).
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Perwakilan konsultan pelaksana, Edy, mengatakan predikat pratama tersebut prinsipnya adalah membangun pasar yang nyaman, aman, dan memiliki sistem perlindungan api memadai. “Di antaranya gang di dalam pasar tidak boleh kurang dari 1,8 meter. Memiliki sistem fire protection di antaranya menyediakan hidran, water sprinkle, dan fire alarm. Lalu, pemasangan instalasi jaringan yang aman,” kata dia, di hadapan pedagang, Kamis.
Edy memaparkan sesuai rencana awal, Pasar Legi dibangun 2,5 lantai di atas lahan seluas 20.000an meter persegi. Dari luasan itu, ukuran tapak bangunan seluas 10.800an meter persegi atau kurang dari 60 persen dari total lahan. Dengan perhitungan itu, sekeliling pasar berupa lahan terbuka.
Berkaca pada bangunan lama, posisi timur Pasar Legi langsung menghadap belakang bangunan gereja sehingga aksesnya seolah tertutup. Sementara, pada bangunan baru akan ada akses yang luas di titik itu.
“Konsepnya, di sekeliling bangunan akan ada sirkulasi. Bangunan berada di tengah-tengah lahan, sehingga mobil pemadam kebakaran bisa mengelilingi bangunan. Dengan sirkulasi di sekeliling bangunan, maka seluruh sisi menjadi wajah dari Pasar Legi. Bentuk pasar leter L,” kata dia.
Total kios yang akan dibangun berjumlah 245 unit berukuran 9 meter - 45 meter persegi, sedangkan los berukuran 2 meter persegi hingga 32 meter persegi berjumlah 1.687 unit. Pelataran untuk 750 pedagang akan dibagi menjadi tiga sift.
“Kami buat pasar legi menjadi empat blok. Blok A di sisi utara, tengah blok B, timur blok C, dan blok D di sebelah timurnya blok C. Struktur empat blok terpisah, tapi secara ruang menjadi satu kesatuan. Blok A dan B akan ada dua lantai, sedangkan blok C dan D terdiri dari tiga lantai, di mana salah satu lantainya untuk parkir dan kuliner. Jadi, warung makan, termasuk pantry yang menggunakan api diletakkan di lantai paling atas untuk keamanan,” kata dia.
Edy memperinci bangunan utama naik sekitar 70 sentimeter dari muka jalan. Sedangkan lantai semi basement, sebagian muka berada di permukaan. “Lantai dua naik dua meter dan lantai semi basement turun dua meter, aksesnya sama, naik 1/2 lantai atas, turun 1/2 lantai ke bawah. Akses masuk dan keluar ada dua titik, sehingga berlaku one way agar tidak terjadi tubrukan,” tandasnya.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo, Heru Sunardi, mengatakan saat ini proses lelang masih melalui review di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Diprediksi lelang dimulai pada Januari, sehingga ground breaking berlangsung Maret 2020. “Prediksinya begitu. Tapi kita lihat nanti seperti apa,” ucapnya.
Pembangunan yang menelan anggaran senilai Rp150an miliar itu ditargetkan rampung 10-12 bulan.