Humas RSST Klaten, Petrus Trijoko, mengatakan pasien yang overload tersebut mayoritas yang dirawat di kelas III. Menurutnya, saat ini RSST memiliki 233 ruang dengan 426 tempat tidur di kelas III. Namun, selama tiga bulan terakhir kamar kelas III tersebut selalu penuh, bahkan membeludak.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
“Jumlah pasien yang overload tersebut terjadi sejak diberlakukannya JKN melalui BPJS pada awal 2014. Bahkan, pada awal Januari kelebihan pasien mencapai 20 persen,” paparnya saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, belum lama ini.
Hingga Maret ini, sambungnya, jumlah pasien masih overload, namun jumlahnya sudah tidak sebanyak Januari lalu. “Sampai Maret ini pasien masih overload sekitar 10 persen,” imbuhnya.
Atas kondisi tersebut, pihak RSST akhirnya memanfaatkan ruang kosong yang belum terisi supaya bisa dimanfaatkan untuk pasien. “Beberapa ruang seperti ruang isolasi, ruang khusus anak dan pasien sakit jiwa yang masih kosong akhirnya dimanfaatkan karena pasien membeludak. Namun, penempatan itu harus dilihat juga jenis penyakitnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, pihaknya mengatakan upaya penanganan jangka pendek tersebut adalah langkah RSST supaya bisa menampung pasien JKN yang datang. Dengan demikian, tidak ada kasus pasien yang ditolak di RSST. Selain itu, ruang-ruang kosong yang tidak dipakai juga bisa dimanfaatkan.
Tidak hanya kelas III, menurutnya, jumlah pasien rawat jalan juga meningkat drastis sejak diberlakukannya BPJS. Rata-rata, jumlah pasien rawat jalan di RSST mencapai 900 orang per hari. Dari jumlah tersebu, 400 pasien di antaranya adalah pasien JKN yang bukan penerima bantuan iuran (PBI). Sedangkan, 350 pasien lainnya merupakan pemegang PBI dan sisanya merupakan pasien umum.
Dalam jangka panjang, menurutnya RSST berencana membangun gedung baru untuk menambah pelayanan kamar untuk pasien. Kendati demikian, pihaknya mengaku belum tahu persis berapa kamar yang akan bisa dibangun.