Esposin, SOLO-- Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) bakal membuat memorialisasi tragedi 98 di Solo. Hal ini dilakukan agar tragedi kelam tersebut tidak terulang lagi di masa mendatang.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Ketua Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, saat ditemui Esposin, Rabu (29/5/2024).
Ia menjelaskan memorialisasi merupakan salah satu tahapan atau proses pemulihan korban dalam sebuah tragedi di sebuah negara untuk mengingat kembali dan mencegahnya untuk terulang kembali.
"Tanpa memorialisasi atau dimonumenkan orang-orang tidak ingat atau tahu akan peristiwa yang terjadi [kerusuhan 98 di Solo] sehingga ada kemungkinan untuk terulang. Oleh karenanya salah satu tujuan memorialisasi adalah untuk mencegahnya terjadi lagi," kata dia.
Bentuk dari program memorialisasi, kata Mariana, cukup beragam mulai dari tapak tilas peristiwa di sejumlah lokasi kejadian, diskusi, dan pembuatan semacam monumen, prasasti, atau situs di lokasi terjadinya tragedi 98.
"Di Solo kami sudah ada peta-peta mana saja terjadinya kerusuhan 98. Nantinya dibuat semacam tapak tilas di lokasi-lokasi tersebut dan nantinya di titik akhir akan dibuat semacam situs, monumen atau prasasti yang menjadi pengingat akan peristiwa kelam tersebut. Tapi nanti nunggu dulu dari Pemkot atau warga Solo berkenan dengan bentuk yang mana" sambung dia.
Mariana menyampaikan bahwa memorialisasi tragedi 98 sudah berjalan selama 17 tahun. Dan tersebar di beberapa kota, seperti Surabaya dan Jakarta.
Khusus di Solo sebetulnya memorialisasi sudah dirancang sejak 2017 dan mendapatkan sambutan positif dari pemerintah kota (Pemkot). Hanya karena sempat terhalang pandemi Covid-19 program ini terhenti.
"Karena respons dari Pemkot Solo juga bagus dari awal kami canangkan hal ini (memorialisasi) maka tidak ada salahnya bagi kami untuk memperjuangkan progam ini dan menggandeng semua pihak termasuk, pelaku sejarah hingga media " terang dia.
Dia mencontohkan bahwa memorialisasi ini berjalan cukup bagus di Jakarta. Pihaknya juga melibatkan keluarga dan pendamping korban 98, pemerintah provinsi, dan masyarakat.
"Di Jakarta saat tapak tilas juga diikuti banyak pihak. Kemudian kami juga membangun semacam monumen atau prasasti di beberapa titik terjadinya 98. Dan merapikan sebuah makam korban 98 menjadi taman agar semua warga dan mungkin keluarganya bisa berdoa dengan nyaman di sana. Selain itu, kami juga rutin mengadakan diskusi tiap Mei yang peminatnya selalu bertambah terutama anak-anak muda," ujar dia.
Aktivis perempuan ini berharap dengan adanya memorialisasi generasi baru atau muda bisa paham tentang peristiwa sejarah khusus tragedi 98. Dia mengibaratkan jika para generasi muda ini apabila tidak paham atau ingat akan tragedi tersebut maka hanya akan menjadi api dalam sekam.
"Dan bila api itu jika tidak dipadamkan, maka bisa muncul lagi [tragedi yang sama seperti 98]," jelas dia.