KLATEN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten sudah mengalokasikan anggaran senilai Rp150 juta untuk membeli meteran pengukur debit air di Umbul Cokro guna mengganti meteran milik PDAM Solo yang rusak.
Kepala Bagian (Kabag) Perekonomian, Sekretariat Daerah (Setda) Klaten, Pri Harsanto, mengatakan sedianya kerusakan meteran air tersebut diganti sendiri oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Solo. Akan tetapi, pihaknya memandang tidak ada iktikad baik dari PDAM Solo untuk memperbaiki meteran tersebut mengingat kerusakan itu sudah terjadi sejak 2007 silam.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
“Sudah ada anggaran Rp150 juta untuk membeli meteran air ini. Mudah-mudahan dana itu cukup untuk membeli dua meteran air itu,” papar Pri saat ditemui wartawan di Umbul Cokro, Rabu (9/1/2013).
Pembelian meteran air tersebut terpaksa dilakukan agar Pemkab Klaten bisa mengetahui debit air yang dipasok dari Umbul Cokro ke kawasan Solo. Dia meragukan kebenaran debit air dari Umbul Cokro yang diklaim PDAM Solo hanya mencapai 387 liter/detik.
“Total debit air dari Umbul Cokro mencapai sekitar 1.200 liter/detik. Selain dipasok ke Solo, sebagian debit air itu digunakan untuk pengembangan objek wisata dan saluran irigasi,” terang Pri.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Klaten, Sunarto, mengatakan pembelian meteran air itu terpaksa dilakukan agar kebocoran air tidak terlalu banyak. Menurutnya, melalui meteran itu akan diketahui jumlah pasti debit air yang dipasok ke kawasan Solo.
Di lain sisi, sekitar 300 pelanggan PDAM Solo merupakan warga Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten. Dengan begitu, debit air yang dipasok ke Solo sudah berkurang ketika melintasi kawasan Tegalgondo. Namun begitu, sekitar 300 pelanggan tersebut membayar tagihan air kepada PDAM Solo setiap bulan.
“Tagihan itu dibayarkan melalui petugas kami di Klaten sebelum disetorkan kepada PDAM Solo,” ujar karyawan PDAM Solo yang bertugas di Umbul Cokro, Tri Waluyo, saat ditemui wartawan di lokasi.