Esposin, BOYOLALI - Produksi kedelai di Boyolali pada 2023 mengalami defisit sebanyak 12.000 ton. Untuk mengatasinya Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali membuat program menanam kedelai di lima kecamatan dengan tema Merdeka Kedelai.
Kepala Dispertan Boyolali, Joko Suhartono, menyampaikan program Merdeka Kedelai merupakan usaha untuk mencukupi pangan di Boyolali. “Upaya yang telah kami lakukan antara lain bekerja sama dengan UGM dan Dirjen Dikti. Kami awalnya mulai menanam kedelai di luasan 165 hektare,” kata dia saat ditemui di sela-sela peringatan Hari Tani Nasional, Senin (2/9/2024).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Luasan 165 hektare tersebut, tutur Joko, melibatkan lima kecamatan yaitu Andong, Kemusu, Wonosegoro, Wonosamodro, dan Sambi. 14 kelompok tani (poktan) juga terlibat dalam program ini. Kegiatan diawali pada Januari-Februari 2024 berupa sosialiasi, lalu Mei mulai pelaksanaan penananam dan pada Agustus sudah ada sebagian yang panen.
"Awalnya hasil panen di Boyolali hanya 1 ton-1,1 ton per hektare. Alhamdulillah ini mulai beranjak naik 2,3 ton per hektare. Pembelian dilakukan oleh Perusda, rencananya akan kami jual ke pabrik susu Yogyakarta. Alhamdulillah harganya sementara disepakati Rp11.000/kilogram," kata Joko .
Joko mengatakan target panen sebenarnya 2 ton per hektare. Ia mengatakan rata-rata panen sementara di beberapa tempat sudah 2,3 ton per hektare. Ia berharap kegiatan tersebut dapat meningkatkan ekonomi petani Boyolali. "Banyak petani yang berharap kegiatan tersebut dilanjutkan pada 2025. Kalau ada anggaran, otomatis kami siap, teman-teman penyuluh siap, dari UGM juga siap," kata dia.
Sementara itu, koordinator lapangan Merdeka Kedelai dari UGM, Dwi Sidik Widodo, mengatakan kerja sama dilakukan mulai dari prapanen hingga pascapanen. "Kerja sama bentuknya dari penyediaan bibit, saprodi [sarana produksi pertanian] untuk membangkitkan semangat petani untuk menanan kedelai, soalnya Boyolali sudah lama defisit kedelai," kata dia.
Jenis kedelai yang ditanam di Andong, Kemusu, Wonosegoro, Wonosamodro, dan Sambi yaitu Grobogan dan Anjasmoro. Dua jenis kedelai tersebut dipilih karena memiliki kualitas yang unggul. Ia mengatakan lima kecamatan tersebut dipilih sebagai lokasi penanam kedelai karena memiliki tanah kering.
"Ini yang dipanen ada Kemusu, Wonosegoro, dan Andong sebagian. Di Kemusu kemarin panennya bisa 2,5 ton per hektare dari sebelumnya kurang dari 1 ton per hektare," kata dia. Sidik menyampaikan tanah seluas 165 hektare yang ditanami kedelai sebagian besar belum pernah ditanami kedelai.
Sidik mengatakan UGM juga terjun langsung untuk mendampingi petani mulai Maret hingga Desember 2024 nanti. Pendampingan yang dilakukan seperti memberikan cara penananam yang benar sesuai standar operasional, pemupukan yang tepat, insektisida dosis tepat, hingga waktu yang tepat. Nantinya, petani juga bakal dibina untuk membuat olahan pangan dari kedelai. Sehingga, diharapkan produktivitas kedelai di Boyolali dan ekonomi masyarakat bisa naik.
Ia mengatakan kedelai hasil lima kecamatan lebih unggul dibandingkan produk impor karena tidak diproduksi atau dihasilkan menggunakan bioteknologi, rekayasa genetika, dan/atau bioteknologi modern apa pun. "Kami Maret sudah mulai mendampingi, penanaman ada yang Mei hingga Juni awal. Panen ada yang sudah Juli lalu Agustus. Rencananya panen raya pada September ini. Semoga petani semakin bergairah menanam kedelai. Sehingga, Boyolali bisa merdeka kedelai," kata dia.