SRAGEN - Seorang bocah berusia tujuh tahun ditemukan tewas di embung, Dukuh Plosorejo, Desa Sepat, Masaran, Sragen. Sebelum ditemukan tewas, bocah malang bernama lengkap Afrisa Adi Darmawan itu diketahui tengah mencari ikan di embung tersebut bersama sejumlah teman sebayanya. Jasad Afrisa di temukan di dasar embung, Sabtu (4/5/2013), oleh sejumlah warga.
Ketua RT 004, Dukuh Plosorejo, Desa Sepat, Masaran, Sragen, Sutardi, mengatakan sebelum menemukan jasad Afrisa, warga sekitar dan ibu korban mencarinya keliling Dukuh Plosorejo sejak pukul 16.00 WIB. Namun, karena hasilnya nihil, warga dukuh setempat yang jumlahnya sekitar tujuh orang itu memutuskan mencari Afrisa di sekitar embung dengan kedalaman 1,5 meter dan seluas 70 meter X 90 meter itu. Jenazah, Afrisa dimakamkan, Minggu, sekitar pukul 11.30, di permakaman Pungkruk, Wonorejo, Sragen.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Sutardi menjelaskan, berdasarkan keterangan ibu Afrisa, Suparti, 35, seusai pulang sekolah, Sabtu, sekitar pukul 09.00 WIB, anak itu langsung ke embung bersama sejumlah rekan sebayanya sebanyak empat orang. Sekitar pukul 11.00 WIB, Afrisa, pulang ke rumah dan meminta ibunya menggoreng ikan hasil tangkapan lalu dimakan bersama keempat rekannya. Setelah selesai makan, sekitar pukul 12.00 WIB , Afrisa, keluar rumah lagi diikuti keempat rekannya. “Itu sepertinya Afrisa balik laki ke embung sendirian atau bagaimana kami kurang tahu. Kalau teman-teman lainnya pulang ke rumah masing-masing,” ucapnya saat ditemui Esposin di kediamannya, Minggu (5/5/2013).
Ibu Afrisa mulai bingung mencarinya sekitar pukul 16.00 WIB. Pencarian dilanjutkan hingga pukul 17.00 WIB dibantu sejumlah warga sekitar Dukuh Plosorejo. Menurut Sutardi, siswa Kelas I SDN Sepat IV ini tinggal bersama ibu dan kakak perempuannya. Sementara, sang ayah bekerja di Jakarta.
Saat Esposin datang di kediaman orang tua Afrisa, terlihat duka masih menyelimuti keluarga tersebut. Ibunda Afrisa masih sangat terpukul, sehingga tak bisa ditemui. Sementara, ayahnya, Sumarno, yang baru tiba dari Jakarta, Minggu, sekitar pukul 10.00 WIBjuga tak bisa ditemui.
Paman korban, Teguh, mengatakan, Afrisa baru kali pertama bermain di kawasan embung. Biasanya, seusai pulang sekolah, keponakannya memang sering mencari ikan namun tak sampai memasuki kawasan yang dijadikan sebagai tandon air untuk kebutuhan pertanian itu. Menurutnya, meski masih syok berat, orang tua korban sudah mengikhlaskan kepergian anak bungsunya itu. “Biasanya memang suka mancing, tapi ya di tempat lain seperti sungai-sungai kecil di sekitar rumah. Ya namanya musibah kami harus ikhlas,” ujarnya.