Esposin, BOYOLALI -- Puluhan anak usia SD dan SMP di lereng Gunung Merapi Boyolali tepatnya di Dukuh Durensari, Desa Kembangkuning, Kecamatan Cepogo, tampak asyik memainkan berbagai permainan tradisional, Kamis (6/7/2023) pagi.
Mereka bermain di depan pelataran rumah salah satu warga di Durensari. Ada yang bermain egrang bambu, egrang batok, dan engsreng. Setelah itu, mereka bergantian bermain untrakol dan gobak sodor.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Salah satu anak, Thoriq Damar Sasongko, 13, yang tengah bermain egrang mengaku bisa memainkan permainan tradisional itu karena sering bermain dengan teman-temannya.
"Kami bermain permainan tradisional, di tempat lain mungkin sudah dilupakan dan kami ingin tetap permainan ini ada terus," kata dia saat berbincang dengan Esposin di sela-sela bermain.
Alat-alat permainan tersebut, tutur Thoriq, disediakan secara gratis oleh warga. Siswa kelas VIII SMPN 1 Boyolali tersebut mengaku senang bisa menghabiskan masa libur sekolahnya dengan bermain permainan tradisional bersama teman-temannya.
Pada hari biasa, ia hanya bermain sesenggangnya karena harus bersekolah. "Senang sekali ya bisa bermain di sini, kami bisa mengurangi main game di handphone," ungkap dia.
Sementara itu, pemilik rumah yang menyediakan permainan tradisional di Durensari, Kembangkuning, Cepogo, Boyolali, Suhardi, mengaku sangat senang pelataran rumahnya dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya anak di lereng Merapi untuk mengisi liburan.
Bersama dengan pengurus Kampung Edukasi Durensari, halaman rumahnya memang dipilih untuk menjadi salah satu wahana kampung edukasi bernama Plataran Srawung atau Latar Padolanan. Halaman rumahnya dipilih karena lebih luas dibandingkan milik warga Dukuh Durensari lainnya.
"Anak-anak selain libur sekolah sebenarnya juga suka bermain permainan tradisional di halaman rumah, akan tetapi selama libur sekolah ini jadi lebih ramai dan lama," ujar dia saat berbincang dengan Esposin di halaman rumahnya.
Melatih Fisik, Motorik dan Sosial
Hardi menjelaskan biasanya anak-anak bermain di halaman rumahnya sepulang sekolah. Namun, pada libur lebaran ini bisa dari pagi sampai siang, bahkan istirahat sebentar, kemudian lanjut sampai sore.Alat-alat permainan pun juga disimpan di rumahnya. Alat-alat permainan itu sebagian besar dibuat oleh warga untuk dimainkan anak-anak setempat.
Suhardi berharap dengan permainan tradisional dapat membuat anak di lereng Merapi, Boyolali, sejenak melupakan gawai. Selain itu, Hardi mengatakan permainan tradisional juga bermanfaat bagi kemampuan fisik, motorik, dan sosial anak.
"Jadi semisal egrang itu bisa untuk ketangkasan pribadi. Lalu ada untrakol dan gobak sodor itu bisa selain melatih ketangkasan juga kerja sama kelompok, melatih kebersamaan," kata dia.
Selain itu, ia juga mengungkapkan setiap permainan tradisional memiliki filosofinya tersendiri. Sebagai contoh tarik tambang memiliki filosofi mengumpulkan tenaga untuk menuju kemenangan dan juga berat sama dipikul ringan sama dijinjing.
Lalu betengan memiliki arti menjaga wilayah agar tidak diambil musuh. Kemudian, lompat tali memiliki arti melatih ketangkasan menghadapi rintangan hidup.
Kemudian, agrang bambu adalah bermain keseimbangan dan untuk meningkatkan kepercayaan diri. Lalu ada egrang batok, itu egrang dari tempurung kelapa.
"Jadi itu menyinkronkan tujuan gerakan kaki dan tangan ke tujuan yang sama. Lalu sreng itu kan permainan besi berbentuk lingkaran, dijalankan dengan stik besi. Itu membutuhkan ketenangan, konsentrasi, dan kelenturan tangan," kata dia.