Esposin, SRAGEN -- Terhitung sejak Januari hingga September 2020, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran menemukan 1.407 fosil yang baru ditemukan.
Temuan fosil baru yang sebagian besar berupa fragmen fauna daratan diidentiikasi oleh tim arkeolog dari BPSMP Sangiran. Sebelum disimpan sebagai koleksi museum, fosil-fosil itu terlebih harus melalui proses pembersihan dan pengkajian oleh tim arkeolog.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Untuk membersihkan fosil itu dari kerak, ternyata para arkeolog dari BPSMP Sangiran memiliki cara tersendiri.
Pengunggah Kolase Kiai Ma'ruf dan Kakek Sugiono Menangis di Bareskrim, Menyesal?
Mereka menggunakan jeruk nipis untuk membersihkan kerak pada batu fosil.
“Jeruk nipis itu mengandung asam sitrat. Bahannya bersifat asam dan memiliki kemampuan mengikis sedimen pada fosil,” papar Kasi Perlindungan BPSMP Sangiran, Dody Wiranto, kepada Esposin, Jumat (2/10/2020).
Untuk membersihkan fosil-fosil itu, tim arkeolog tidak pernah menggunakan sabun cuci. Ini karena sabun memiliki sifat basa. Lantaran fosil berasal dari alam, maka arkeolog memilih menggunakan cara alami untuk membersihkannya.
Api Abadi Mrapen Padam, Begini Respons Serius Gubernur Ganjar
Jeruk nipis yang memiliki nama latin Citrus aurantifolia merupakan tanaman asli dari wilayah Asia Tenggara. Kandungan jeruk nipis antara lain karbohidrat, lemak, vitamin C, dan asam sitrat (C6H8O7).
Konservasi Koleksi Fosil Baru
Pada 14-19 September 2020 lalu, BPSMP Sangiran melakukan konservasi terhadap koleksi fosil baru di Museum Trinil di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.Menurut Dody, koleksi fosil baru itu rata-rata mengalami penurunan dari segi kualitas. Beberapa fragmen masih terbungkus oleh kerak atau sedimen tanah.
Untuk membersihkan sedimen itu, tim arkelog menggunakan jeruk nipis sebagai bahan konservan.
Kisah Pilu Bocah 1,5 Tahun Selamat dalam Kecelakaan Tol Sragen Tapi Ayah Ibu Meninggal
Pada awalnya, fosil dibersihkan dengan metode fisis yaitu menggunakan sikat ijuk atau sikat gigi untuk melepaskan tanah yang masih menempel. Khusus kerak yang keras dan susah dibersihkan dengan metode fisis, tim arkeolog menggunakan bantuan jeruk nipis.
Caranya dengan mengiris jeruk nipis menjadi dua bagian, kemudian diperas secara perlahan hingga airnya membasahi permukaaan fosil yang akan dibersihkan.
"Setelah didiamkan beberapa saat dengan maksud terjadi reaksi, fosil baru dibersihkan dengan dental tool [alat yang digunakan oleh dokter dalam membersihkan gigi] dan sudip bambu. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang hingga kerak tanah yang menempel lambat laun terlepas sampai bersih,” papar Dody.
Kecelakaan di Tol Sragen Tewaskan Pasutri Asal Sleman, Begini Kronologinya