Esposin, BOYOLALI — Harga tanah kian mahal sehingga Bupati Boyolali Seno Samodro memastikan tidak ada lagi pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di wilayahnya.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Ia menuturkan berdasarkan aturan, harga tanah untuk pembangunan rusunawa maksimal Rp150.000 per meter. Padahal harga tanah di Boyolali saat ini kian melambung di atas Rp200.000 per meter.
“Aturannya kan harga tanah untuk rusunawa maksimal Rp150.000. Padahal di Boyolali cari tanah Rp200.000 saja sudah susah sekali. Jadi, tidak mungkin lagi ada rusunawa,” kata dia saat ditemui wartawan di rumah dinasnya, Senin (6/3/2017).
Terkait rusunawa di Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Seno mengatakan rusunawa tersebut merupakan yang pertama dan terakhir di Boyolali. “Kami mohon maaf kepada masyarakat Boyolali, rusunawa [di Kemiri] itu adalah yang pertama dan yang terakhir di Boyolali,” kata dia.
Ditanya mengenai waktu penyerahan rusunawa Kemiri dari pemerintah pusat ke Pemkab Boyolali, Seno mengatakan belum diberi tahu.
Sebelumnya, Kepala Dinas Koperasi dan Tenaga Kerja (Dinkopnaker) Boyolali Agus Partono, Jumat (3/3/2017), menyatakan pemkab siap mengelola rusunawa di kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Boyolali.
Menurut Agus, pihaknya akan menempuh berbagai upaya agar rusunawa tersebut dapat dimanfaatkan sesuai peruntukannya, sehingga tidak akan mubazir.