Esposin, SOLO — Pengobatan 111 orang gila telantar yang menjadi binaan Griya Palang Merah Indonesia (PMI) Peduli Solo kini masih bergantung kepada bantuan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Solo. Hal itu lantaran mereka belum terkover Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Penanggung jawab Griya PMI Peduli, Gatot Adi Yanuar, mengatakan warga binaan telah disarankan untuk mengikuti program BPJS. Hal ini untuk memudahkan pasien dalam kontrol kesehatan.
Selama ini, kontrol dan akses obat-obatan warga binaan perlu menunggu rekomendasi dari Dinsosnakertrans.
“Butuh persetujuan Dinsosnakertrans untuk dirujuk ke RSJ (rumah sakit jiwa). Ini karena biaya kontrol tiap bulan masih didanai Dinsosnakertrans,” ujar Gatot saat ditemui
Setiap daerah sudah didorong mendaftarkan orang gila telantar dalam BPJS pascapemberlakuan program itu awal 2014.
Selain mempercepat akses kesehatan, pasien luar kota dapat dijamin pelayanan yang setara. Hal ini lantaran Dinsosnakertrans tak lagi berwenang mengalokasi dana bagi warga binaan yang tidak ber-KTP Solo.
Sejumlah orang gila dan telantar di Griya PMI berasal dari luar kota.
“Kami sudah berupaya memproses BPJS warga binaan dengan membuatkan KTP dan dimasukkan menjadi satu KK. Namun saat ini prosesnya masih tertahan di Dispendukcapil [Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil],” tutur dia.
Pihaknya berharap instansi terkait segera merespons kebutuhan tersebut. Gatot menargetkan tahun ini semua warga binaan telah terkover BPJS. Di samping bantuan Pemkot, Griya PMI mengandalkan santunan dari donatur maupun dompet kemanusiaan PMI.
“Bantuan-bantuan ini sangat membantu jika ada warga binaan yang sakit dan membutuhkan penanganan segera. Kemarin ada dua pasien yang kontrol ke RSUD dr Moewardi karena sakit,” kata dia.
Seorang anggota staf di Griya PMI, Edi, mengatakan rata-rata warga binaan sudah memiliki emosi yang stabil dan tidak agresif. Apabila sikap agresif pasien kambuh, biasanya pasien bersangkutan dibawa untuk terapi ke RSJ.
“Waktu terapi tergantung kondisi warga binaan. Kalau sudah membaik ya dibawa lagi ke sini,” kata dia.
Edi menambahkan sudah ada ratusan pasien yang sembuh setelah dirawat di Griya PMI.