Esposin, WONOGIRI -- Budi daya tanaman kakao yang merupakan bahan baku dalam industri cokelat mulai booming di Wonogiri. Usaha pembibitan kakao mulai banjir permintaan. Para petani kembali melirik kakao untuk dikembangkan lagi karena memiliki nilai jual tinggi.
Salah satu pelaku usaha pembibitan kakao, Tri Yulianto, mengatakan sekarang petani-petani di daerah Ngadirojo, Girimarto, dan Jatipurno mulai banyak yang mencari bibit kakao. Mereka sudah mulai sadar kakao memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai tanaman pekarangan dan perkebunan.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Apalagi sekarang harga jual komoditas ini melambung tinggi sampai seratusan ribu rupiah per kilogram. Dua tahun lalu, harga kakao hanya berkisar Rp20.000/kg.
Tri melihat hal ini sebagai peluang. Sejak awal Januari 2024, dia mulai usaha pembibitan kakao klon MCC02 yang dinilai sebagai salah satu varian kakao unggulan di Indonesia.
Sedikitnya 1.500 bibit kakao sudah terjual di petani-petani lokal sekitar Girimarto dan Jatipurno. Itu belum termasuk yang sudah dipesan sekitar 2.500 bibit dari pemerintah desa.
Harga satu bibit kakao dia jual Rp20.000. Tri membuat bibit itu dari biji kakao lokal yang sudah ada. Kemudian setelah tumbuh beberapa hari, batangnya disambung dengan batang bibit kakao varian MCC02. Dia juga mempunyai petani plasma yang mengerjakan hal serupa.
”Ini kakao mulai booming di Wonogiri. Kebetulan harganya lagi naik tinggi, jadi tambah banyak orang yang tertarik lagi tanam kakao,” kata Tri saat ditemui Esposin di Kecamatan Girimarto, Selasa (9/7/2024).
Produk Unggulan Desa
Tri melanjutkan tanaman kakao sebenarnya sudah banyak ditanam di Wonogiri sejak dulu. Populasi paling banyak di Ngadirojo, Girimarto, dan Jatipurno. Hanya, tanaman-tanaman itu tidak dirawat dengan baik. Banyak yang masih berbuah tetapi tidak maksimal. Sebagian lagi sudah tidak produktif.Petani milenial yang juga pemilik Hamna Farm ini juga menyebut ekstensifikasi kakao mulai gencar dilakukan petani. Tri menargetkan 10.000 bibit tanaman bisa terjual. Beberapa pemerintah desa di Kecamatan Jatipurno sudah menaruh perhatian terhadap kakao untuk menjadi produk unggulan desa.
“Untuk jangka pendek, pembibitan ini yang paling bisa digarap untuk tanaman kakao. Kakao sudah bisa dipanen dua tahun sejak bibit. Kalau menunggu dua tahun kan terlalu lama bagi petani. Sembari menunggu panen, kami bikin bibitnya sekalian untuk dijual. Ini juga biar ada pemasukan untuk perawatan kakao yang mulai ditanam,” jelasnya.
Petani lainnya di Kecamatan Jatipurno, Meru Ristanto, menyampaikan usaha pembibitan yang sekarang dia jalankan untuk mendukung penambahan populasi kakao di Kecamatan Jatipurno. Dia ingin komoditas ini bisa kembali menjadi produk unggulan Kabupaten Wonogiri.
”Sini itu kan dari dulu memang sentranya kakao di Wonogiri. Sayangnya ya itu, tanamannya dibiarkan begitu saja sama warga, tidak dirawat. Ya tetap berbuah, mereka juga bisa menjual, hanya secara kualitas dan kuantitas tidak maksimal,” ucap Meru.