Esposin, BOYOLALI -- Di Lereng Gunung Merapi Boyolali ada satu desa yang namanya sama dengan satu daerah terkenal di Jawa Barat yakni Sukabumi. Desa tersebut masuk wilayah Kecamatan Cepogo dan berbatasan langsung dengan Desa Suroteleng, Kecamatan Selo.
Salah satu sesepuh sekaligus Kasi Kesra Pemerintah Desa Sukabumi, Parjianto, menyampaikan nama Sukabumi memiliki asal-usul yang bisa ditelusur ke masa pejajahan Belanda. Konon sekitar 100 tahun lalu, di wilayah yang kemudian menjadi Desa Sukabumi ada tokoh bernama Mbah Dikta Leksana.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Ia merupakan pelarian pada saat itu dan diceritakan sebagai orang yang kali pertama membuka hutan dan semak belukar untuk dijadikan permukiman dan lahan pertanian. Dari pembukaan lahan tersebut, terbentuklah tiga desa yaitu Pagebangan, Gemilir, dan Kalibulu yang pada akhirnya menjadi satu desa bernama Sukabumi.
Ia mengatakan dulunya di wilayah Sukabumi ada banyak pepohonan kopi dan teh dan Belanda mendirikan pabrik di wilayah tersebut untuk mengolah hasil panen.
“Akhirnya tiga wilayah tadi disatukan dan diberi nama Sukabumi sekitar 1923. Ini berdasarkan cerita masyarakat. Saat ini malah enggak ada yang namanya Dukuh Sukabumi di desa kami,” kata dia saat berbincang dengan Esposin di rumahnya, Jumat (23/8/2024).
Kini bangunan pabrik pengolahan teh dan kopi milik Belanda itu sudah tidak ada jejaknya karena dimusnahkan saat politik bumi hangus menyusul kekalahan Belanda. Ia menjelaskan dari cerita turun temurun, pabrik itu dulu sangat besar.
Lahan yang dulunya pabrik kini telah berubah menjadi permukiman dengan bangunan rumah-rumah warga, lahan pertanian, dan fasilitas umum lainnya. Ia mengatakan yang tersisa hanya turbin di sekitaran Alun-alun Pancasila Cepogo.
Parjianto mengatakan pusat pabrik zaman Belanda itu berada di selatan Balai Desa Sukabumi dan luasnya sampai ke area Alun-alun Pancasila Cepogo sekarang ini. Saat ini, area Alun-alun Pancasila Cepogo masuk ke wilayah Desa Mliwis.
Mayoritas Warga Petani
Ia menceritakan saat itu masyarakat dalam kondisi sangat nelangsa karena mengambil daun yang jatuh di sekitar kebun kopi masuk tindak pidana. Namun, saat ini kondisi masyarakat telah membaik dan bisa bertani di tanah sendiri.“Dulu lahan kopi dan teh di Sukabumi itu dari Sukabumi bagian bawah sampai perbatasan Selo di Suroteleng. Memang sangat luas. Menanamnya gantian, misal satu hektare kopi, satu hektare lagi teh, begitu terus,” kata dia.
Lebih lanjut, ia mengatakan saat ini penduduk Desa Sukabumi ada 3.912 orang. Mayoritas mengandalkan hidup dari bertani sayur mayur, tembakau, bawang merah, dan sebagainya.
Luas lahan pertanian di Sukabumi saat ini sekitar 1.195.397 meter persegi, luas pekarangan atau permukiman sekitar 479.752 meter persegi, dan luas lahan lain sekitar 597.608 meter persegi. Kebanyakan hasil bumi Desa Sukabumi dijual di Pasar Sayur Cepogo yang hanya terletak di timur desa.
Total ada 12 dukuh di Desa Sukabumi dengan 30 RT dan sembilan RW. Sementara itu, warga Dukuh Surjo, Desa Sukabumi, Sumarno, 30, mengaku soal sejarah asal-usul nama Desa Sukabumi tidak banyak warga yang tahu, termasuk dirinya.
"Saya kalau ke wilayah Boyolali yang jauh dari Cepogo, semisal mengaku dari Sukabumi, sering dikatakan dari Jawa Barat. Padahal ada Sukabumi di Cepogo," kata dia.
Pria yang bekerja sebagai pedagang sekaligus petani tersebut menyampaikan masyarakat Sukabumi mayoritas mengandalkan hidup dari bertani, berdagang, dan menjadi buruh. Hal itu tak lepas dari lokasi pasar sayur Cepogo yang sangat dekat, hanya di sebelah timur Desa Sukabumi.
Sumarno juga mengatakan apa pun pekerjaan warga Sukabumi, kebanyakan memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani. "Tanahnya subur di dataran tinggi, sehingga masyakatnya memang mengandalkan hidup dan menambah pundi-pundi pendapatan dari sektor pertanian," kata dia.