Esposin, WONOGIRI — Waduk Krisak yang juga dikenal dengan nama Waduk Tandon di Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, selalu menawarkan pemandangan indah. Meski luas area dan daya tampungnya relatif kecil, waduk ini memiliki daya pikat besar untuk dikunjungi.
Saat kemarau seperti sekarang ini, sebagian besar air di Waduk Tandon surut. Area waduk yang surut itu menjadi kering dan ditumbuhi rerumputan. Pantauan Espos.id pada Kamis (19/9/2024) sore, Waduk Tandon menjadi hamparan padang rumput hijau sejauh mata memandang.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Sebagian area lagi ditanami tetumbuhan seperti jagung, ketela, dan lainnya. Warga memanfaatkan sebagian area waduk yang mengering itu untuk bercocok tanam. Waduk yang berubah menjadi padang rumput itu menjadi daya pikat yang membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati senja.
Terbukti banyak warga yang datang ke waduk itu untuk sekadar bersantai, memandangi pemandangan sekitar waduk berlatar pepohonan, sembari bercengkerama bersama teman dan keluarga. Tak lupa kamera handphone mereka mengabadikan momen manis itu.
Mereka yang datang di Waduk Tandon itu tak hanya anak-anak muda. Banyak pula orang tua yang mengajak anak mereka bermain di sana. Waduk itu seperti area terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan menjadi arena bermain baru bagi anak-anak.
Kebanyakan warga datang ke waduk saat sore agar sekaligus bisa menikmati senja. Waduk yang berubah menjadi penuh rerumputan hijau itupun memberikan berkah tersendiri bagi peternak. Sejumah peternak kambing sekitar Desa Pare menggembala ternak mereka di waduk itu. Ada pula yang sekadar mencari pakan untuk ternak di kandang
Waduk ini ramai pengunjung setiap hari bisa jadi karena menjadi alternatif wisata murah. Pengunjung tak perlu membayar tiket atau retribusi untuk masuk ke area waduk. Mereka hanya perlu membayar parkir kendaraan senilai Rp2.000/kendaraan sepeda motor.
Lokasi Mudah Dijangkau
Di sisi lain, waduk yang dibangun pada 1943 ini mudah dijangkau. Dari Alun-alun Kabupaten Wonogiri hanya perlu waktu tidak lebih dari 15 menit untuk sampai ke waduk tersebut. Jalan menuju Waduk Tandon juga bisa dilalui kendaraan sepeda motor atau mobil.
Salah satu pengunjung Waduk Tandon, Arina Putri Afifah, mengatakan sudah beberapa kali datang ke Waduk Tandon untuk sekadar menghabiskan waktu sore bersama temannya. Apalagi saat kemarau seperti sekarang, intensitas kunjungan dia ke waduk itu lebih sering ketimbang saat musim hujan.
“Kalau pas tidak kering begini, saya juga kadang-kadang ke sini, tetapi di bendungannya. Kalau pas kering begini ya langsung ke bawah sini. Tempatnya kan juga bagus,” kata Arina.
Pengunjung lainnya, Ginyong, menyebut Waduk Tandon bisa menjadi spot menarik untuk bikin konten untuk media sosial. Dengan rerumputan yang luas, sedikit air di dekat bendungan, dan latar belakang pepohonan menjadi paduan indah untuk dipamerkan di media maya.
“Kalau bikin konten di sini, bagusnya waktu pagi. Karena masih sepi, paling cuma ada orang cari pakan ternak atau orang angon kambing. Kalau pagi cahayanya juga bagus,” ujarnya.
Informasi yang dihimpun Espos.id, Waduk Tandon ramai dikunjungi warga saat akhir pekan. Jumlah pengunjung bisa mencapai ratusan orang setiap sore. Hal itu tampak dari jumlah motor yang terparkir. Beberapa tukang parkir menyebut saat Sabtu dan Minggu jumlah motor yang datang bisa lebih dari 50 unit. Satu motor setidaknya ditumpangi dua orang.
Berdasarkan data Balai Pengelola Sumber Daya Air Bengawan Solo yang diakses Espos.id di laman bpusdataru-bs.regionalprov.go.id, Waduk atau Bendunan Krisak dibangun untuk irigasi petanian. Waduk ini mengairi lahan sawah seluas 274 ha di wilayah Kecamatan Selogiri. Volume normal muka air Waduk Tandon sebesar 3,7 juta meter kubik.