Esposin, SRAGEN-Ratusan warga dari 11 rukun tetangga (RT) di Dukuh/Desa Celep, Kedawung, Kabupaten Sragen, menggelar sadranan dan bersih desa di makam cikal bakal Eyang Sedo dan Eyang Bendrong Geni, Jumat (7/1/2022). Mereka berbondong-bondong ke pelataran Permakaman Umum Eyang Sedo. Mereka membawa Bancakan berisi nasi tumpeng beserta lauk-pauknya.
Tradisi sadranan dan bersih desa di Celep Sragen itu sudah dilakukan puluhan tahun sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa setelah masa tanam padi pertama. Dari sekian makanan yang dibawa, ada satu makanan yang paling khas, yakni ayam Jawa panggang. Semua makanan itu dijadikan satu dan didoakan bersama yang dipimpin seorang modin dukuh setempat.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Legislator yang juga sesepuh Dukuh Celep, Thohar Ahmadi, saat berbincang dengan Solopos, Jumat (7/1/2022) pagi, menyampaikan bersih desa tersebut diikuti sebanyak 500 orang dari 11 RT di Dukuh Celep. Dia mengatakan dari serangkaian tradisi ini yang paling unik ada ayam Jawa panggang. Dia mengatakan setiap warga yang datang wajib membawa ayam panggang itu.
Baca Juga: Ritual Ngalap Berkah di Makam Pangeran Samudro Ternyata Ada Sejak 1970
"Jadi jumlah ayam panggangnya bisa sampai ratusan ayam. Bersih desa itu simbol tata cara hidup bersih dan sehat. Ayam panggang itu non kolesterol. Nasi tumpeng dan lauknya juga wujud makanan sehat," kata legislator dari Partai Golkar Sragen itu.
Thohar mengatakan sosok Eyang Sedo dan Eyang Bendrong Geni itu merupakan cikal bakal Dukuh Celep. Dua tokoh tersebut, ujar dia, merupakan prajurit terdepan Pangeran Mangkubumi saat perang melawan kompeni. "Sadranan dan bersih desa ini sudah turun-temurun sejak zaman simbah-simbah dulu. Tradisi ini dilakukan setelah tanam padi pada tahun pertama. Tradisi ini digelar sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa," ujar Thohar.
Baca Juga: Baru 3,5 Jam Dipasang di Sawah, Mesin Pompa Air di Sragen Raib
Thohar menyampaikan selain ada yang unik lagi di makam Eyang Sedo dan Eyang Bendrong Geni, semua nisan terbuat dari kayu kecuali nisan Eyang Sedo dan pengikutnya sebanyak 20 makam yang terbuat dari batu. "Orang Celep tidak berani menggunakan nisan batu. Kenapa menggunakan kayu? Kayu itu tidak bertahan lama dengan harapan arwah yang meninggal segera sempurna," jelasnya.