Solopos.cm, SOLO -- Nama besar Solo sebagai kota seni dan budaya tak perlu diragukan lagi, dengan seni musik, tari, hingga teater yang tumbuh subur. Pada era 80-an Solo bahkan menjadi barometer seni teater.
Ada tiga grup teater andalan Kota Solo yakni Teater Gapit, Kelompok Kerja Teater Surakarta (Tera), dan Ruang. Teater Gapit dan Tera lahir lebih dulu. Keduanya langganan pentas di sejumlah kompetisi nasional mewakili Jawa Tengah.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
“Awalnya dikompetisikan dulu di tingkat Jawa Tengah. Setelah ada yang menang baru dikirim ke tingkat Nasional. Selama tiga kali, teater asal Solo menang terus dalam kompetisi. Setelah itu Pemprov Jateng langsung nunjuk Solo tiap ada lomba nasional. Tanpa ada kompetisi,” kata tokoh teater senior Solo, Gigok Anurogo, kepada Esposin, Jumat (14/1/2021).
Baca Juga: Film Nagih Janji Cinta, Ini 7 Karakter yang Diperankan Artis Lokal Solo
Ketiga kelompok teater andalan Kota Solo tersebut masih aktif sampai hari ini. Teater Gapit berubah menjadi Teater Lungit, Tera dilanjutkan oleh generasi Tera Junior. Begitu juga dengan Teater Ruang yang dilanjutkan oleh generasi muda setelah meninggalnya sang pendiri.
Gigok mengatakan Kelompok Lungit, Tera, maupun Ruang digawangi para tokoh senior seperti ST Wiyono, Dedek Witranto, dan Marsudi. Prestasi gemilang teater tersebut dilanjutkan para junior mereka.
Kompetisi Teater Anak
Tera Junior beberapa kali memborong kompetisi teater anak. Bahkan dalam satu waktu pernah memborong enam piala kemenangan di tingkat nasional.Baca Juga: Sempat Ditolak di Mana-mana, Akhirnya Tugu Lilin Dibangun di Solo
Menariknya, mereka tak banyak yang mau melanjutkan karier akting di Ibu Kota, meskipun sebenarnya banyak tawaran mengembangkan kesenian di Jakarta. Gigok cs lebih senang untuk fokus menghidupkan kesenian di Kota Bengawan.
Lebih lanjut, Gigok mengatakan ekosistem teater di Solo sudah terbentuk dengan baik. Pascakejayaan Gapit, Tera, dan Ruang, regenerasi kelompok baru terus tumbuh. Salah satu penyelamatnya adalah jaringan teater kampus dan teater pelajar.
Mereka menumbuhkan semangat di lingkup akademik, hingga akhirnya berkembang ketika lulus sekolah maupun kuliah. “Begitu ekosistem teater jadi tumbuh dan terus terjaga,” kata Gigok.
Baca Juga: Syuting di Solo, Film Nagih Janji Cinta Buka Casting Pemain Lokal Lho
Hari Teater Dunia
Bukti moncernya Kota Bengawan di bidang teater juga dikukuhkan dengan adanya peringatan Hari Teater Dunia (Hatedu) tiap tahun. Perayaan hari teater dunia tersebut bahkan diikuti sejumlah peserta dari luar negeri yakni Malaysia dan Singapura.Sampai akhirnya pandemi membuat para seniman teater ikut tiarap. Mereka sempat mandek pentas beberapa waktu. Namun, akhirnya mulai mengikuti era new normal dengan menggagas sejumlah pentas virtual.
Salah satu pegiat teater, Turah Hananto, bahkan aktif mengadakan acara pentas mandiri. Bersama Teater Eks Surakarta, ia menambah program pentas yang sebelumnya hanya setahun sekali menjadi setahun tiga kali.
Baca Juga: Asyik! Imlek di Solo Tahun ini Kembali Dimeriahkan 1.000 Lampion
Saat diwawancarai Esposin, beberapa waktu lalu, Turah, mengatakan pandemi justru membuatnya tergerak untuk aktif. Apalagi sekarang ini semua bisa digarap dengan cara virtual.