Esposin, KLATEN -- Belasan kelompok mengikuti Dolanan Anak Klaten Oentoek Naboeng (Dakon Fest) yang digelar Bank Klaten dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ke depan, kegiatan itu digadang-gadang bisa menjadi agenda rutin.
Kegiatan itu digelar di Monumen Juang 45, Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, Sabtu (27/8/2022). Festival diikuti 18 kelompok tingkat SD peserta lomba dolanan anak.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Selain itu ada lomba mewarnai yang diikuti 43 anak tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)/ Taman Kanak-Kanak (TK). Selain perlombaan, anak-anak juga dikenalkan dengan berbagai permainan tradisional oleh Kampung Dolanan Sidowayah, Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo.
Dalam penampilannya, masing-masing peserta menyajikan drama musikal diisi dengan aneka dolanan tradisional. Beberapa kelompok menyajikan Cublak-Cublak Suweng, Jamuran, serta memainkan bakiak batok.
Salah satu panitia, Kristian Apriyanta, mengatakan satu kelompok terdiri dari sekitar tujuh anak. Mereka menyajikan penampilan sekitar 15 menit.
Baca Juga: Dolanan Tradisional saat Anak-anak
“Unsur yang dinilai, yakni wiraga, wirasa, dan wicara meliputi kreativitas, kekompakan, dan keharmonisan,” kata Apriyanta saat ditemui di sela festival, Sabtu.
Direksi Bank Klaten, Dewi Eka Sari, mengatakan festival dakon itu dimaksudkan memberikan hiburan, meningkatkan kreativitas anak-anak, serta memperkenalkan cara menabung bagi anak sejak dini melalui program satu rekening satu pelajar (Kejar).
"Semoga dolanan anak tetap eksis dan tidak termakan waktu dan paling penting bermanfaat bagi semua pelajar agar menjadi media regenerasi, kreativitas, dan seni dolanan yang terintegrasi dengan edukasi menabung anak sejak dini," kata Dewi.
Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan festival itu mengingatkan kembali kepada anak-anak zaman kekinian untuk memainkan kembali dolanan tempo dulu.
Baca Juga: SOSOK: Wahyudi Setia Pada Dolanan Anak
“Tentu saja dolanan tempo dulu murah meriah. Selain itu, dari kegiatan ini anak-anak juga tidak melulu fokus bermain game [menggunakan ponsel],” ungkap dia.
Mulyani mengatakan kegiatan tersebut berlangsung meriah dan bermanfaat guna mengenalkan permainan tradisional yang mulai dilupakan. Dia menargetkan kegiatan itu bisa menjadi agenda rutin.
“Ini menjadi tahun pertama. Ini akan diselenggarakan setiap tahun dan digelar di setiap kecamatan untuk memperebutkan piala bupati,” ungkap dia.
Salah satu anak, Eriska, 10, mengatakan lebih menyenangkan memainkan permainan tradisional dibanding main ponsel. Selama ini dia masih kerap memainkan permainan tradisional di sekolahannya.
Baca Juga: SOLO LIFESTYLE: Nostalgia dolanan tradisional
“Kalau permainan tradisional itu menyenangkan bisa bermain sama teman-teman bisa berlarian. Tadi ikut lomba menampilkan permainan Jamuran, engklek, dan lompat tali,” kata siswa kelas V SDN Pakahan, Kecamatan Jogonalan tersebut.