Esposin, SUKOHARJO — Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo membentuk tim khusus untuk mengantisipasi peredaran beras sintetis atau beras plastik. Tim itu bertugas mengawasi penjualan beras di pasar dan toko.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Mereka ditugaskan terjun ke pasar tradisional maupun toko beras tiga kali sepekan.
Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Sukoharjo, Bambang Sri Setiyono, saat dihubungi
Kali pertama mereka menggelar inspeksi di wilayah Kartasura. Mereka masuk ke pasar tradisional dan toko-toko beras di luar pasar. Petugas memeriksa kondisi beras yang dijual dan menanyai pedagang.
“Semua yang terkait dengan beras ditanyakan. Beras yang memasok siapa, apa pernah menemukan beras campuran plastik, dan sebagainya. Berdasar laporan dari tim, di Kartasura tidak ditemukan beras plastik,” kata Bambang.
Inspeksi bakal dilakukan di seluruh pasar di Kabupaten Jamu, julukan Sukoharjo, dan toko-toko beras di sekitarnya. Di Sukoharjo terdapat 26 unit pasar milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan 13 unit pasar desa.
“Sebelum ada temuan, kami secepat mungkin mengambil langkah antisipasi. Kalau nantinya ada temuan pasti akan ditindaklanjuti. Tapi kami yakin beras di Sukoharjo tidak ada yang aneh-aneh. Semua aman dikonsumsi. Selama ini di Sukoharjo juga belum pernah ada temuan beras plastik dan sejenisnya,” imbuh Bambang.
Dia mengimbau kepada pedagang dan konsumen waspada terhadap peredaran beras plastik. Konsumen pun diharapkan selalu mengecek beras sebelum membelinya.
Penjual beras di Pasar Ir. Soekarno, Sukoharjo, Joko Triyanto, mengaku tidak pernah menemukan beras plastik yang berciri-ciri bulir lebih besar, bulir utuh tak bisa pecah, dan warna beras lebih bening.
Dia meyakini di Sukoharjo tidak ada beras plastik. Pasalnya beras yang dijual di Sukoharjo didapat dari petani lokal. Sedangkan beras plastik yang ditemukan di Bekasi itu diduga dari beras impor.
“Saya selalu meminta pembeli memeriksa beras sebelum membeli, biar mereka yakin,” kata Joko.