Esposin, BOYOLALI -- Bencana longsor masih mengancam daerah rawan di Boyolali hingga pertengahan Februari 2017 mendatang. Warga di daerah rawan longsor diminta tak menurunkan kewaspadaan.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Nur Khamdani, mengatakan berdasarkan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jateng dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi diperkirakan bertahan hingga pertengahan Februari.
“Potensi bencana yang harus diwaspadai bukan hanya longsor tetapi juga puting beliung, banjir, dan angin kencang,” kata Nur saat berbincang dengan Esposin, seusai meninjau lokasi longsor di Desa Dlingo, Kecamatan Mojosongo, Kamis (19/1/2017).
Seperti diketahui, longsor terjadi di dua lokasi yakni Dukuh Gatak, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, dan Dukuh Sidomulyo, Desa Dlingo, Kecamatan Mojosongo, Selasa (17/1/2017). Menurut Nur, selain Cepogo dan Dlingo, ada beberapa lokasi di Boyolali yang rawan longsor.
Dia pun mengimbau warga yang tinggal di dekat lereng tebing untuk tetap waspada karena intensitas hujan masih cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh Esposin, jumlah desa rawan longsor meningkat dua kali lipat.
Jika pada 2015 ada 25 desa yang masuk peta rawan longsor, berdasarkan pemetaan terakhir per September 2016, jumlah desa rawan longsor bertambah menjadi 56 desa.
Sementara itu, BPBD menilai jalan penghubung Dukuh Sidomulyo, Desa Dlingo dengan Dukuh Nanggulan Desa Krasak, Kecamatan Teras, tepatnya di Dukuh Sidomulyo RT 002/RW 001 Desa Dlingo, Mojosongo, berpotensi terjadi longsor susulan.
Ada retakan tanah di badan jalan yang cukup membahayakan sehingga perlu ada langkah untuk mencegah longsor di jalan tersebut. “Saya sudah meminta pemerintah desa setempat waspada mengingat itu adalah jalan desa agar ada tindak lanjut untuk pengamanan,” ujar Nur.
Apabila pemerintah desa merasa tidak mampu memperbaiki bisa berkonsultasi dengan Bupati Boyolali untuk solusi terbaik. “Jangan sampai ada korban yang lebih besar lagi. Apalagi jalan desa tersebut cukup ramai.”
Talut jalan setinggi 10 meter di jalan itu longsor dan menimpa rumah Narto Giman, 65, warga setempat. “Selain longsor, di kiri dan kanan jalan ada retakan tanah yang panjangnya hampir 50 meter. Ancaman longsor masih bisa terjadi karena curah hujan tinggi yang menyebabkan tingkat kejenuhan tanah menahan air akan mencapai puncak.”
Menurut Narto Giman, jalan Dlingo-Krasak retak dan berpotensi longsor karena jalur tersebut sering dilalui kendaraan berat terutama truk pasir yang over kapasitas. Di sisi jalan sudah dibangun talut namun belum ada satu tahun talut itu ambrol dan menimpa rumahnya.
Berikut sebaran desa rawan longsor di Boyolali berdasarkan data BPBD Boyolali per September 2016.
KECAMATAN | DESA |
Selo | Tlogolele, Klakah, Jrakah, Lencoh, Suroteleng, Samiran, Selo, Tarubatang, Senden, Jeruk |
Ampel | Ngagrong, Seboto, Candisari, Ngadirojo, Jlarem |
Cepogo | Wonodoyo, Jombong, Gedangan, Sumbung, Paras, Jelok, Bakulan, Mliwis, Sukabumi, Genting, Cepogo, Kembangkuning, Cabean Kunti, Candigatak, Gubug |
Boyolali Kota | Pulisen, Siswodipuran, Banaran, Winong |
Mojosongo | Manggis, Kemiri, Metuk, Dlingo |
Sawit | Manjung, Guwokajen |
Simo | Walen, Pentur, Gunung, Talakbroto, Kedunglengkong, Sumber, Wates |
Karanggede | Tegalsari |
Klego | Tanjung, Sendangrejo, Kalangan, Blumbang, Bade, Gondanglegi, Banyuurip, Sumberagung, Karangmojo |
Andong | Beji, Kadipaten, Kunti, Pelemrejo |
Kemusu | Kendel, Sarimulyo, Watugede, Kedungrejo, Lemahireng, Guwo |
Juwangi | Ngaren, Pilangrejo, Jerukan, Kalimati. Jerukan, Cerme |
Musuk | Sangup, Sruni, Mriyan, Cluntang |
Teras | Tawangsari, Krasak |