Esposin, SRAGEN—Para petugas medis sibuk melayani tiga warga yang terbaring di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Puskesmas Sambirejo, Sragen, Rabu (4/9/2024) siang. Sejumlah perawat juga ada yang melayani pasien di bangsal Topas dan Safira. Para pasien di puskesmas itu membeludak karena ada 16 orang pasien mendadak opname lantaran diduga keracunan makanan siang itu.
Ada tiga pasien yang terpaksa harus tiduran di luar ruangan sehingga menempati selasar yang menghubungkan dua ruangan itu dengan IGD. Mereka baru masuk untuk rawat inap di Puskesmas Sambirejo Sragen baru Rabu pagi. Mereka mengaku mengalami mual, muntah, dan diare serta panas. Bahkan ada pasien yang tulang-tulang di persendian merasa ngilu-ngilu.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Gejala keracunan itu seperti yang dialami Widodo, 35, salah satu warga RT 017, Dukuh Kalikunci, Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Sragen. Ia tergeletak di ruang Safira. Kakinya dipijat-pijat kakaknya karena mengeluhkan ngilu-ngilu di tulang kaki. Di bagian keningnya ditempeli kain putih basah untuk menurunkan panas.
Kakaknya Widodo, Dwi Martiningsih, 38, saat berbincang dengan Esposin, Rabu siang, mengisahkan pada pagi harinya adiknya sehat dan belum mengeluhkan apa-apa. Dia menyebut justru yang mengeluh mual, muntah, dan diare itu ibunya lebih dulu, Lagiyem, 60. Bahkan Widodo sempat mengantar ibunya untuk opname di Puskesmas Sambirejo, Sragen.
“Jadi setelah mengantar ibu rawat inap, adiknya bablas ikut mondok di Puskesmas Sambirejo. Kebetulan dalam serumah itu yang makan nasi gudangan dari selapanan tetangga hanya ibu dan adik saya. Adik mengeluhkan mual, muntah, diare, dan demam tinggi sampai menggigil. Bahkan tulang kakinya sampai ngilu-ngilu,” ujar Dwi.
Dwi mengisahkan dugaan keracunan berasal dari makanan bancakan selapanan bayi tetangga di RT 017 Kalikunci, Dawung, Sambirejo, Sragen. Dia mengatakan sudah menjadi kebiasaan kalau selapanan biasanya bagi-bagi bancaan satu lingkungan RT dan sanak saudara. Bahkan ada warga di RT 018 juga mendapat bagian karena masih saudara.
“Adik kebetulan main ke rumah ibu, Selasa [3/9/2024]. Saat mendapat nasi bancakan, adik ikut makan bersama ibu. Pagi harinya ibu sudah diare tidak berhenti-berhenti hingga demam sampai menggigil,” jelasnya.
Suami Dwi, Sugeng, 44, menyampaikan warga yang mengeluhkan indikasi keracunan lebih dari 20 orang, ada yang dirawat di Puskesmas Gondang karena di Puskesmas Sambirejo penuh. “Kebetulan saya dan istri tidak ikut makan nasi gudangan itu sehingga tidak mengeluhkan mual, muntah, dan diare,” katanya.
Dari belasan pasien indikasi keracunan itu ada seorang bocah yang masih duduk di Kelas V SD juga ikut terbaring di kursi. Dia menggunakan betis budhenya sebagai bantal. Tubuhnya diselimuti dengan jarit. Amelia nama bocah itu yang terlihat masih pucat. Ibunya, Narti, 44, juga menungguinya.
“Sebenarnya Amelia diminta pulang oleh dokter tetapi saya tidak mau. Bapaknya saja rawat inap di sini. Kalau disuruh pulang sama siapa,” ujar Narti.
Bapaknya Amelia bernama Waluyo, 49, masih terbaring lemas di Ruang Safira. Di dekat Amelia ada dua tempat tidur yang dipakai dua orang yang juga korban dugaan keracunan makanan. Narti sebenarnya ikut makan tetapi sedikit. Narti yang memiliki riwayat penyakit diabetes itu justru tidak merasakan mual, muntah, dan diare.
“Kalau si Amelia ini tadi sempat sekolah. Pulang pukul 11.00 WIB. Setelah pulang mengeluh perutnya sakit. Dia langsung buang air besar. Setelah itu muntah. Setelah muntah buang air besar lagi. Sudah empat kali muntah sampai tubuhnya lemas dan akhirnya dibawa ke puskesmas. Sekarang sudah mendingan meskipun katanya masih merasa mual-mual,” jelasnya.