Solopos.com, SRAGEN – Tim Ekspedisi Sukowati dari Yayasan Palapa Mendira Harja (YPMH) Sragen bersama Pemerintah Kecamatan Mondokan, Sragen, menemukan batu andesit putih yang diduga merupakan bagian dari bangunan candi di tengah kebun jagung wilayah Desa Jekani, Kecamatan Mondokan, Sragen, Jumat (25/11/2022).
Batu itu sekilas seperti batu lumpang atau yoni karena bagian tengahnya ada lubang segi empat. Namun, setelah dilihat ternyata di bagian dalam terdapat sebuah batu berbentuk seperti kubus yang di bagian tengahnya ada lubang bulat berukuran kecil. Setelah batu kubus itu diambil, di dalam lubang masih terdapat lubang kecil dengan ukuran sisinya 10 cm.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Lokasi penemuan batu berlubang itu berada di lahan pertanian tadah hujan yang permukaannya seperti perbukitan. Lokasi itu dekat Sungai Kedung Ayom, tepatnya sisi utara sungai. Selain batu itu, juga ditemukan batu pipih berbentuk persegi berukuran cukup besar yang berlokasi di sekitar 100 meter arah barat daya dari lokasi batu itu. Batu pipih itu kemungkinan diduga altar arca yang juga bagian dari candi.
Pengurus YPMH Sragen, Lilik Mardiyanto, mengatakan batu itu merupakan batu andesit putih yang merupakan batu khas Sukowati. Dia mengatakan batu itu bukan yoni, bukan lumpang atau pun ompak.
Baca Juga: Nasmoco Gelar Media Gathering Innova Zenix di Kompleks Candi Borobudur
Dia menduga batu itu adalah benda cagar budaya yang menjadi bagian dari bangunan candi yang biasanya terdapat di bagian depan. “Kalau memungkinkan di wilayah ini ada candi kemungkinan menghadap ke timur dan kemungkinan candi tua. Sayangnya tidak ada bukti pendukung lainnya. Di bagian barat daya di bawah pohon Trengguli juga ditemukan batu persegi berukuran besar yang diduga merupakan altar patung. Kami masih menyelidiki benda-benda lainnya yang sezaman,” ujar Lilik didampingi Camat Mondokan Agus Endarto saat berbincang dengan Esposin, Jumat siang.
Batu itu berada di kebun jagung milik Mbah Nyaman, 70, warga Dukuh Klayu, RT 005, Desa Jekani, Mondokan, Sragen. Mbah Nyaman menyampaikan batu itu diketahui saat ada orang pencari batu. Batu-batu yang keras dijual. Dulu lokasinya agak di tengah kebun. Kemudian oleh Mbah Nyaman dipindah ke pinggir di bawah pohon jati supaya tidak menganggu kegiatan bertani.
Baca Juga: Sejarah Benteng Keraton Kartasura, BCB yang Dijebol Warga Berulang Kali
“Di bawah tanah ini kalau digali masih ada batu-batuan, seperti batu bata. Posisinya tidak beraturan. Tidak ada cerita apa pun terkait batu ini. Saya tidur di dekat batu itu pun tidak ada apa-apa. Batu ini sudah lama, ditemukan pencari batu masih zamannya Presiden Soeharto,” jelas Nyaman.