Esposin, SRAGEN -- Barang hibah berupa alat pertanian yang mangkrak bakal ditarik kembali oleh Dinas Pertanian (Dispertan) setempat dan dialihkan ke kelompok tani lainnya yang lebih membutuhkan.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP), Dispertan Sragen, Sunardi, Rabu (14/8/2013), menjelaskan wacana itu dilakukan untuk menanggulangi adanya barang hibah kementerian berupa alat-alat pertanian yang sering mangkrak dan terbengkalai.
Pasalnya, kelompok tani atau gabungan kelompok tani (Gapoktan) di wilayah lain banyak yang lebih membutuhkan. Hal itu dilihat dari banyaknya pengajuan usul pengadaan alat-alat pertanian ke Kementerian Pertanian melalui Dispertan.
Rencana itu, menurut Sunardi, segera diterapkan saat ada barang hibah pertanian yang didrop ke Sragen. Ia bakal membuat perjanjian tertulis dengan pihak penerima ihwal pengembalian barang hibah tersebut jika tak digunakan oleh kelompok tani yang bersangkutan. Sementara itu, mengenai sejumlah barang hibah sebelumnya yang juga mangkrak, ia mengaku tak bisa berbuat apa-apa karena sebelumnya tak ada perjanjian tertulis mengenai pengambialihan barang jika terbukti mangkrak.
Belum Siap Pakai
Sunardi menilai barang hibah yang paling banyak mangkrak ialah alat-alat pertanian yang besar seperti mesin pengering padi. Sementara itu, alat pertanian teknis seperti power threser, hand tractor, hand spryer, power threser multiguna dan pompa air lebih sering digunakan.
“Ke depan, pengajuan permintaan alat-alat pertanian ke Kementerian akan kami arahkan ke alat-alat teknis saja. Yang lainnya seperti pengering padi enggan kami ajukan karena tak efektif.”
Sementara Ketua Gapoktan Desa Ngarum, Sukarno, saat diwawancarai Esposin beberapa waktu lalu mengatakan tak semua barang hibah bisa digunakan maksimal. Mesin pengering padi misalnya. Ia mengatakan Gapoktan Ngarum mendapatkan barang hibah berupa alat mesin pengering gabah pada 2012.
Namun mesin pengering tersebut tak bisa digunakan karena belum siap pakai. Ia mengaku harus memodifikasi alat pengering tersebut sebelum akhirnya bisa dimanfaatkan. Biaya modifikasi pun terbilang mahal, menghabiskan dana hampir Rp60 juta hingga bisa digunakan dengan hasil yang terbilang lumayan.