Esposin, SOLO– Okupansi atau tingkat keterisian sejumlah panti wreda atau jompo di Solo saat ini mencapai 100 persen. Hal tersebut membuat sejumlah pengurus panti jompo meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk menyediakan panti tambahan untuk menampung para lansia yang terlantar.
Tingginya kebutuhan panti jompo di Solo bukan tanpa sebab. Mengingat jumlah lansia di Kota Bengawan tergolong cukup besar dan masih ada beberapa lansia yang telantar.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Berdasarkan data dari BPS Solo 2024 jumlah penduduk lansia mencapai 82.092 jiwa atau 15,5 persen dari jumlah penduduk. Dimana pada 2023, BPS mencatat masih ada 38 lansia yang masuk kategori telantar.
Sekretaris dan pengurus Panti atau Rumah Lansia Aisyiyah, Sumber Solo, Agus Setiawan, mengatakan pantinya dikhususkan untuk menerima lansia perempuan saja. Meski begitu saat ini okupansi lansia yang tinggal di panti yang ia kelola hampir 100 persen.
“Daya tampung di panti kami sebanyak 33 jiwa, sekarang sudah terisi 31. Sebetulnya sempat penuh, namun karena ada yang meninggal jadinya berkurang,” kata dia saat dihubungi Esposin belum lama ini.
Lebih lanjut Agus menyebut bahwa jumlah antrean lansia untuk bisa masuk ke pantinya tergolong banyak. Dan terpaksa menolak permintaan lansia yang hendak masuk ke panti.
“Antrean lansia yang ingin masuk ke sini juga banyak. Namun setelah kami seleksi sangat ketat sekarang hanya tersisa 4 orang lansia yang mengantre. Jadi, sementara kalau ada lansia yang mau masuk dan daftar mau tidak mau terpaksa kami tolak baik itu dari LSM, takmir masjid, bahkan Dinas Sosial,” sambung dia.
Dia menambahkan bahwa syarat lansia yang lembaga bisa terima memang terbilang cukup ketat. Salah satunya masuk kategori lansia miskin dan telantar dengan bukti dukung yang cukup.
“Kami memprioritaskan menerima lansia yang benar-benar terlantar, bebas dari KTP mana saja tidak harus warga Solo. Tapi kalau masih ada anak-anaknya tidak kami prioritaskan karena tidak unsur birrul walidainnya,” imbuh dia.
Dia ternyata juga mengetahui bahwa banyak panti jompo di Solo yang sekarang kondisinya sudah penuh. Oleh karenanya dia berharap kepada Pemkot Solo untuk menyediakan panti jompo baru yang untuk menampung lansia telantar yang belum tertampung.
“Idealnya Pemkot Solo itu harusnya punya panti jompo sendiri dan tidak terlalu mengandalkan panti swasta karena nantinya tidak maksimal. Soalnya sekarang banyak yang penuh dan harus terpaksa menolak. Dulu sebenarnya Pemkot sempat punya tapi entah kenapa sekarang tidak diaktifkan lagi,” jelas dia.
Hal senada juga disampaikan CEO PMI Solo sekaligus pengelola Griya Lansia PMI Mojosongo, Sumartono Hadinoto. Sumartono mengatakan beberapa tahun lalu panti lansia kurang diminati dan lebih sering kosong, namun sekarang justru malah penuh.
“Sekarang kebutuhan panti jompo ternyata cukup tinggi. Dulu itu sepi sekarang kami terpaksa harus menolak permintaan lansia yang mau masuk ke Griya Lansia di Mojosongo karena kapasitasnya sudah penuh. Termasuk di dua panti jompo yang saya kelola lainnya seperti Wisma Lentera sekarang juga penuh” kata dia saat ditemui Esposin di kantornya Rabu (9/7/2024).
Di tengah tingginya kebutuhan panti jompo di Solo, dia berharap kepada Pemkot untuk bisa memfasilitasi hal tersebut baik dengan membangun panti baru atau mengaktifkan kembali panti jompo Pemkot yang sekarang tidak aktif.