Esposin, WONOGIRI – Bank Sampah Berseri di Desa Krandegan, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, membuktikan pengelolaan sampah rumah tangga bisa ramah lingkungan sekaligus bernilai ekonomis yang menguntungkan. Warga pun bisa mendapatkan pemasukan tambahan dari hasil menabung atau menjual sampah.
Koordinator Bank Sampah Berseri (BSB), Riyanto, mengatakan bank sampah yang dia pimpin sejak 2019 itu sedikit-banyak mendorong warga tidak membuang sampah sembarangan yang bisa berdampak buruk pada lingkungan. Banyak warga desa yang memilih mengumpulkan dan memilah sampah mereka untuk dijual atau ditabung ke BSB.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Di BSB, nasabah bisa langsung menjual atau menabung sampah. Tabungan sampah yang ditawarkan BSB berupa emas bekerja sama dengan Pegadaian. Dari 2.617 nasabah BSB, mereka yang memilih menabung sampah sudah ada sekitar 364 orang.
Sebagian besar nasabah lebih memilih menjual langsung sampah yang mereka hasilkan dan mendapatkan uang. Bank sampah di Dusun Kuniran, Desa Krandegan, Bulukerto, Wonogiri, ini menerima sampah organik dan anorganik.
Setiap hari rata-rata sampah yang diterima BSB sekitar 500 kg yang mayoritas anorganik. Dari sampah anorganik itu dipilah menjadi 43 macam jenis sampah. Semakin banyak sampah yang berhasil dipilah, semakin mudah sampah itu dijual atau diolah menjadi suatu produk.
Riyanto menjelaskan sampah-sampah dari hasil tabungan atau yang dijual para nasabah itu sebagian dijual ke pabrik. Sementara sebagian lagi diolah menjadi bermacam-macam produk tergantung jenis sampah.
Misalnya untuk sampah plastik kemasan makanan ringan, BSB mengolahnya menjadi paving blok dengan pilorisis. Ada juga sampah yang dibuat produk kerajinan.
“Kalau sampah organik, kami buat kompos, pupuk pertanian. Selain itu kami buat sabun dari minyak jelantah. Ada juga untuk ternak magot,” kata Riyanto saat dijumpai Esposin di Desa Krandegan, Bulukerto, Minggu (28/7/2024).
Mencakup 12 Kecamatan
Menurut Riyanto, produk olahan dari sampah organik ini justru yang paling banyak mendatangkan pundi-pundi uang bagi BSB. Paling tidak BSB bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp30 juta/bulan dari pengolahan dan produksi barang dari sampah warga.Sementara nilai transaksi dan operasional BSB paling tidak sekitar Rp60 juta/bulan. Produk kompos dan pupuk dari sampah yang diproduksi BSB banyak dijual ke petani-petani sekitar. Tetapi tidak jarang yang dikirim ke Jakarta, Surabaya, dan daerah lain Soloraya.
BSB tidak hanya melayani warga Desa Krandegan. Cakupan layanan bank ini meliputi 12 kecamatan dan 45 desa di Kabupaten Wonogiri seperti Puhpelem, Karangtengah, dan Slogohimo.
BSB memiliki agen-agen bank sampah atau bank sampah unit di beberapa desa. Agen-agen itu menjalankan bisnis bank sampah, tetapi produknya dijual ke BSB. Nasabah agen tidak dihitung sebagai nasabah BSB.
”Yang menentukan harga beli sampah dari nasabah di agen-agen itu kami. Kemudian sampah di agen dijual ke kami dengan harga lebih tinggi,” jelasnya.
BSB lahir karena Riyanto dan empat warga desa lain yang tergabung dalam kader pemberdayaan desa resah melihat sampah warga tidak terkelola dengan baik. Terutama di kawasan pasar Desa Krandegan yang selalu penuh sampah kala itu.
Atas dasar itu, mereka membuat bank sampah. Enam bulan berjalan, BSB belum menguntungkan, melainkan banyak merugi. “Semakin ke sini, alhamdulillah semakin baik. Di BSB ada 13 pegurus dan sekitar 13 karyawan,” ucap dia.
Selain bikin sampah lebih ramah lingkungan, keberadaan BSB ini menjadi pemasukan tambahan bagi warga desa. Riyanto menyebut semua pengurus dan karyawan BSB memiliki pekerjaan utama. BSB hanya sebagai pekerjaan sampingan sekaligus kerja sosial yang bisa menambah pemasukan.
Tidak Ada Libur
“Jadi kami, tiap pulang kerja, sore hari ke gudang pilah-pilah sampah. Kalau akhir pekan, kami berkreativitas bikin produk dari sampah-sampah itu. Bisa dikatakan tidak ada liburnya,” ungkapnya.Atas konsistensi dan keberhasilan mengelola sampah, BSB telah mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain dalam ajang Wonogiri Innovation Award, juara II Krenova Daerah Soloraya, dan juara III nasional program kampung iklim.
Kepala Desa Krandegan, Kecamatan Bulukerto, Purwanto, mengatakan keberadaan BSB mengubah perilaku warga desa dalam mengelola sampah. Kini sampah-sampah rumah tangga tidak dibuang begitu saja. Mereka sudah memilah dan menjualnya ke BSB sehingga bisa mendapatkan pemasukan tambahan.
Di sisi lain, BSB yang banyak digerakkan anak-anak muda desa kerap mengeluarkan inovasi-inovasi. Contohnya dengan cash on delivery (COD) sampah.
“Pemerintah Desa Krandegan mendukung BSB ini karena memang positif. Untuk penjualan produknya bahkan ada kerja sama dengan BUM Desa [Badan Usaha Milik Desa] Krandegan. Yang tidak kalah penting itu kan, BSB ini bisa mendatangkan ekonomi bagi warga,” ujar dia.
Sementara itu, berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional pada 2023, timbulan sampah di Wonogiri mencapai 127.999 ton/tahun. Dari jumlah tersebut, sampah yang tertangani baru 19.178 ton/tahun atau 14,98%.
Capaian ini masih jauh dari target penanganan sampah hingga 70% dari total timbulan sampah pada 2025. Akan tetapi, secara tahunan pengurangan sampah di Wonogiri sudah mencapai 38.91% atau sudah melebihi target 30% pada 2025.
Sebagai Informasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan target pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah 70%dari total timbulan sampah pada 2025.