Esposin, BOYOLALI – Seorang pria asal Dukuh Banaran, Desa Ngampon, Kecamatan Ampel, Asmo Pawiro, menjadi wisudawan tertua dalam sekolah lansia yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali. Ia diketahui berusia 95 tahun pada 2024 ini.
Postur badan Asmo Pawiro terlihat sudah sedikit membungkuk tapi ia masih bisa berjalan tanpa tongkat atau bantuan orang lain. Asmo tak berhenti tersenyum ketika namanya dipanggil saat acara Wisuda Lansia di halaman Kantor Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) menggelar wisuda lansia, Rabu (11/9/2024).
Promosi Jaga Lingkungan Event MotoGP Mandalika, BRI Peduli Berhasil Kelola 22 Ton Sampah
Berbusana layaknya wisudawan lembaga pendidikan dengan mengenakan toga dan topi bertali, Asmo juga menyandang selempang yang tak dipakai wisudawan lainnya. Di selempang itu tertulis “cumlaude” alias “dengan pujian.” Predikat itu disandangnya karena dia adalah wisudawan tertua Sekolah Lansia.
Ditemui seusai acara, Asmo mengaku sangat senang karena bisa diwisuda di usianya yang sudah tak lagi muda. Baju yang ia pakai dipinjam dari tetangga. “Ini wisuda pertama saya, soalnya saya lulus SD saja tidak, berhenti di kelas IV SD. Jadi ini malah diwisuda di usia sekarang,” kata dia sambil tertawa.
Saat mengikuti Sekolah Lansia, Asmo mengatakan mengikuti senam sehat, mendengarkan penjelasan tentang makanan sehat, dan sebagainya. Hal yang membahagiakannya saat mengikuti sekolah itu adalah karena dia bisa berkumpul dengan teman-teman sesama lansia.
“Kami diberi edukasi untuk mengurangi makanan asin, tidak merokok. Sama mbok wedok [istri] saya minta dikurangi garamnya. Sehari-hari saya juga suka makan sayur bening,” kata pria yang memiliki 6 anak, 13 cucu, dan 16 cicit tersebut.
Ia mengatakan resep panjang umurnya yaitu hidup senang dan menjaga kesehatan. Sehari-hari, ia masih beraktivitas ke ladang, menganyam berbagai kerajinan dari bambu seperti kepang atau tikar, widik atau alas berbentuk persegi panjang untuk menjemur, dan sebagainya. “Saya buat kepang baru delapan tahun ini, buat widik sudah lebih dari 40 tahun. Sehari-hari juga masih ke ladang, mencangkul, mencari rumput juga,” ceritanya.
Sementara itu, Kepala Desa Ngampon yang juga tetangga Asmo Pawiro, Jumali, menyampaikan ada sekitar 20 lansia dari kampungnya yang mengikuti wisuda di DP2KBP3A Boyolali. Ia juga bangga karena di usia yang sudah lanjut, warganya termasuk Asmo, yang mau masih berkumpul dan belajar. “Setiap hari masih ke ladang dan aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkungan setempat. Kebetulan Pak Asmo Pawiro itu sudah seperti eyang saya,” kata dia.
Jumali menilai sekolah lansia sangat bagus karena dapat menambah semangat para pesertanya. Menurutnya, ketika para lansia berkumpul bersama dan didampingi dapat mengurangi kejenuhan dan stres.
Kepala DP2KBP3A Boyolali, Ratri S. Survivalina, menyampaikan saat ini Boyolali telah memasuki bonus demografi yaitu jumlah usia produktif lebih besar dibanding usia nonproduktif. “Akan tetapi ancaman dari bonus demografi, 10-20 tahun ke depan, ini gantian kami mendapatkan bonus lansia karena dari yang sebelumnya usia produktif bergeser ke usia lansia. Untuk itu, para lansia perlu disiapkan supaya nanti mereka tetap sehat, bugar, dan produktif atau disebut sebagai lansia tangguh,” kata dia saat ditemui wartawan di sela-sela acara.
Untuk membentuk lansia yang tangguh, DP2KBP3A Boyolali memberikan pembekalan selayaknya sekolah karena memiliki kurikulum. Ia menyebut total 20 mata pelajaran dalam kurikulum sekolah lansia. Materi yang diberikan langsung diberikan oleh narasumber dari Dinas Kesehatan, Kementerian Agama, DP2KBP3A, dan lain-lain.
“Pembelajaran yang kami berikan tentu memberikan berbagai ilmu soal gizi, kesehatan, penyakit seperti hipertensi, gula, kolesterol, cara mencegah, dan sebagainya. Lalu, setelah masuk usia lansia apa antisipasinya, misal terkait dengan kerentanan risiko jatuh, produktivitas, mental, dan agama,” kata dia.