Esposin, KARANGANYAR-Desa Ngringo terletak di wilayah Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, berbatasan langsung dengan Kota yang hanya dipisahkan Sungai Bengawan Solo.
Secara administrasi, wilayah bagian utara Desa Ngringo berbatasan dengan Desa Sroyo; sebelah timur dibatasi oleh Desa Dagen dan Desa Jetis; sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Sukoharjo. Di sisi sebelah barat dibatasi oleh Kota Solo. Jarak Desa Ngringo dengan ibu kota Kabupaten Karanganyar delapan kilometer.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Karakteristik masyarakat di Desa Ngringo sama seperti desa lainnya di Karanganyar. Masyarakat hidup rukun dengan beragam latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Desa Ngringo yang banyak dikenal dengan nama Palur, meski Palur merupakan salah satu dusun di Ngringo ini, makin berkembang.
Wilayah Ngringo menjadi incaran para investor, terutama di bidang properti dan usaha karena wilayahnya berada di perbatasan dengan Kota Solo. Saat ini, Desa Ngringo menjelma menjadi desa dengan jumlah penduduk terpadat di Kabupaten Karanganyar. Jumlah penduduknya setara dengan satu Kecamatan Jenawi.
Di balik berkembangnya Desa Ngringo tak lepas dari sejarah Eyang Kiai Jegang Wonolapan, seorang Waliyuallah dari Demak. Masyarakat mengenal Kiai Jegang Wonolapan dengan nama Syekh Maulana Muhammad. Untuk mengenang Eyang Jegang Wonolapan, masyarakat setempat menggelar syukuran bersih dusun dengan kesenian Tari Tayub.
Bersih dusun digelar setiap tahunnya pada Jumat Pahing antara Juli-Agustus. Di tahun ini, bersih dusun dilaksanakan pada Jumat (19/7/2024). Panitia bersih dusun, Sukasno, mengatakan bersih dusun diawali dengan kenduri di area makam Eyang Jegang Wonolapan di kampung Ngringo pada siang hari. Kemudian malam hari digelar seni tayub.
"Bersih dusun sudah dilaksanakan dari dulu turun-temurun sampai sekarang. Ini tradisi yang masih kami lakukan," katanya ketika berbincang dengan Esposin, Jumat.
Dia menceritakan Eyang Jegang Wonolapan merupakan pendiri kampung Ngringo yang merupakan cikal bakal Desa Ngringo. Eyang Jegang Wonolapan ini merupakan waliyuallah yang menyebarkan agama Islam di sini. Dahulu kala, dia menceritakan wilayah Ngringo merupakan alas belantara. Pohon alas berusia ratusan tahun bahkan masih ada di area makam Eyang Jegang Wonolapan. Beberapa pohon yang ada di antaranya randu alas dan kepoh.
"Dulu ada pohon asem yang usianya 600 tahunan di area makam. Tapi tahun lalu, tidak ada angin besar dan hujan, tiba-tiba roboh. Yang sekarang masih pohon randu alas dan kepoh," katanya.
Dia mengatakan dari bersih dusun, warga berharap panen padi melimpah dan terhindar dari paceklik. Hingga kini keberadaan makam Eyang Jegang Wonolapan masih terawat. Makam itu juga masih didatangi peziarah, terutama bagi mereka yang memiliki hajat tertentu seperti nyalon sebagai lurah, DPRD bahkan bupati atau wali kota.