Esposin, KLATEN - Peristiwa gempa dahsyat yang menimpa Klaten delapan tahun silam menuntut warga tetap waspada dengan kejadian serupa di masa mendatang.
Salah satu upaya antisipasi bencana yakni membikin rumah tahan gempa.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Hal itu disampaikan Ketua Harian Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sarwidi, saat berkunjung di Kabupaten Klaten, Selasa (3/9/2014).
Dalam pemaparannya di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Sarwidi menekankan pentingnya pembuatan konstruksi rumah yang tahan guncangan.
“Bikin rumah jangan sekadar bagus, tapi perhatikan perkuatannya. Ingat, yang bikin bencana bukan gempanya, tapi rumahnya,” ujar Sarwidi.
Tanpa konstruksi memadai, kata dia, rumah yang mestinya bisa jadi tempat berlindung bisa membawa petaka.
“Terlebih di daerat padat penduduk. Sekarang kan tidak banyak warga yang membuat rumah dari kayu dan bambu. Padahal, bahan tradisional itu sudah terbukti tahan gempa,” tutur ahli konstruksi dari UII Jogja tersebut.
Pegiat Center for Earthquake and Volcano Engineering and Disaster Studies (CEVEDS) International, Hanindya Kusuma Artati, mengatakan kelengkapan besi tulang wajib hukumnya dalam konstruksi perumahan.
Menurut Hanindya, ada sebagian warga yang meremehkan besi tulang untuk perkuatan bangunan.
“Sudah tidak ada tulangnya, tanahnya tidak dipadatkan lagi. Ini membuat bangunan tidak stabil jika terjadi guncangan,” tuturnya.
Pihaknya berharap semua elemen mulai dari warga, tukang hingga ibu-ibu mampu memahami konsep rumah tahan gempa. Dengan demikian, rumah diharapkan dapat menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman dihuni.