Esposin, WONOGIRI — Tantangan penanganan kemiskinan di Kabupaten Wonogiri dinilai semakin besar. Hal ini lantaran tingkat keparahan warga miskin justru naik. Faktor penyebab kemiskinan pun lebih beragam.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonogiri, Rahmad Iswanto, kepada Esposin, Selasa (3/9/2024). Dia menjelaskan tingkat kemiskinan di Wonogiri sebenarnya menurun 0,23% menjadi 10,71% pada 2024 ini.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Masih ada sekitar 102.570 penduduk Wonogiri yang dikategorikan sebagai warga miskin. Meski jumlah penduduk miskin menurun, Rahmad menyatakan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan meningkat.
Skala indeks kedalaman kemiskinan mulai 0 sampai 10. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan 0 sampai 1. Indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Wonogiri sebesar 1,53, naik dari semula 1,32. Sementara indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,08 menjadi 0,33.
Rahmad menyampaikan indeks kedalaman kemiskinan ini menggambarkan seberapa jauh atau dalamnya warga miskin dari garis kemiskinan. Semakin tinggi indeks kedalamannya, semakin jauh warga miskin untuk keluar dari kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan menggambarkan sebaran pengeluaran atau kesenjangan pengeluaran di antara penduduk.
Dengan potret ini, tantangan untuk mengentaskan warga miskin keluar dari kemiskinan semakin berat. Kenyataan di lapangan, banyak warga Kabupaten Wonogiri yang justru semakin menjauhi garis kemiskinan. Faktor penyebab kemiskinan pun semakin beragam yang menandakan banyaknya kesenjangan pengeluaran.
“Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan ini tidak selalu linier dengan tingkat kemiskinan. Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di Wonogiri bisa meningkat karena garis kemiskinannya naik,” kata Rahmad.
Penetapan Garis Kemiskinan
Dia menerangkan garis kemiskinan di Wonogiri diukur dari pengeluaran senilai Rp443.563/bulan. Individu yang pengeluarannya di bawah angka tersebut termasuk kategori miskin. Garis kemiskinan ini naik 6,91% dari tahun sebelumnya yang senilai Rp414.901/bulan.“Garis kemiskinannya naik, tetapi pengeluaran warga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasarnya tidak naik. Ini yang membuat indeks kedalaman kemiskinannya meningkat,” ungkap dia.
Penetapan garis kemiskinan itu berdasarkan sejumlah variabel, salah satunya tingkat inflasi. Semakin tinggi nilai inflasi maka semakin tinggi pula garis kemiskinan. Sebab inflasi menjadi faktor pengali dari perhitungan penetapan garis kemiskinan.
BPS Wonogiri menggunakan inflasi tahun ke tahun untuk menghitung garis kemiskinan tersebut. Survei kemiskinan biasanya dilakukan pada Maret setiap tahunnya, sementara inflasi pada Maret 2024 tercatat 4,16%.
Maka dari itu, kata Rahmad, pengendalian harga kebutuhan pokok perlu dilakukan untuk menekan inflasi. Dengan begitu, garis kemiskinan tidak naik signifikan. Menurutnya, tim pengendalian inflasi daerah dan tim koordinasi penanggulangan kemiskinan perlu dioptimalkan fungsinya.
“Kalau boleh saya bilang, optimalkan itu TKPK [Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan] dan tim pengendalian inflasi,” ujar dia.
Wakil Bupati yang juga Ketua TKPK Wonogiri, Setyo Sukarno, baru-baru ini menyatakan tingkat kemiskinan di Wonogiri masih di atas 10%. Angka itu masih tinggi jika dibandingkan target Pemkab Wonogiri yang menginginkan tingkat kemiskinan di bawah 10% pada 2024.
Tetapi dia meyakini tingkat kemiskinan di Kabupaten Wonogiri bisa turun hingga di bawah 10% pada tahun selanjutnya. “Saya kira sulit untuk mencapai angka kemiskinan satu digit pada 2024 kalau melihat kondisinya sekarang,” kata Setyo.