Esposin, SRAGEN — Jatah alokasi pupuk bersubsidi bagi petani di Sragen pada 2024 anjlok 41%-43%. Kondisi itu disebabkan menurunnya alokasi anggaran dari pemerintah pusat untuk subsidi pupuk.
Kementerian Pertanian memberi sinyal adanya potensi realokasi pada 2024 lantaran ada usulan tambahan anggaran senilai Rp14 triliun untuk 2,5 juta ton pupuk bersubsidi.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Anggota staf Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen, Mochtar Arifin, saat berbincang dengan wartawan di Sragen, Selasa (16/1/2024), mengungkapkan alokasi pupuk bersubsidi di Sragen hanya dua jenis pupuk, yakni urea dan NPK.
Jumlah alokasi kedua pupuk tersebut, ujar dia, anjlok lebih dari 40%. Alokasi pupuk urea bersubsidi pada 2024 sebanyak 22.160.020 kg atau berkurang 17.240 ton (43,1%) bila dibandingkan alokasi pada 2023 sebanyak 40.000 ton.
“Kemudian alokasi pupuk NPK bersubsidi pada 2024 sebesar 13.471.760 kg atau turun 9.528.240 kg [41,43%] bila dibandingkan dengan 2023 sebanyak 23.000 ton. Turunnya alokasi pupuk bersubsidi itu kemungkinan karena anggaran dari pusat turun,” jelas Arifin, sapaannya.
Penyerapan pupuk bersubsidi pada 2023 juga tidak ada yang sampai 100%. Pada 2023 dari 40.000 ton pupuk urea bersubsidi yang dialokasikan hanya terserap 37.904,527 ton atau 94,76%. Demikian pula realisasi serapan pupuk NPK bersubsidi 2023, hanya terserap 21.865,801 ton atau 95,07% dari alokasi 23.000 ton.
“Serapan pupuk pada 2023 tidak bisa 100% karena adanya aplikasi e-alokasi yang baru diberlakukan di 2023. Petani yang meninggal dunia otomatis alokasinya hilang karena tidak bisa diambil alih ahli waris. Aplikasi tersebut terkoneksi dengan data kependudukan dan pencatatan sipil,” jelasnya.
Arifin menjelaskan alokasi pupuk bersubsidi per petani didasarkan pada nomor induk kependudukan (NIK). Bila petani meninggal dunia, otomatis NIK hilang dan jatah pupuk subsidi pun ikut hilang.
Dengan berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi hingga 43%, Arifin mengatakan petani jelas semakin kekurangan. Solusinya, Petani harus membeli pupuk nonsubsidi yang harganya terpaut lumayan tinggi. Arifin mengimbau kepada para petani supaya menggunakan pupuk alternatif non subsidi yang berkualitas bukan abal-abal.
Lebih jauh Arifin menyampaikan ada potensi realokasi di 2024 karena dari Kementan mengajukan usulan tambahan anggaran senilai Rp14 triliun untuk pengadaan 2,5 juta ton pupuk bersubsidi. Jika usulan itu disetujui, maka kemungkinan alokasi pupuk bersubsidi akan ditambah.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno, menilai turunnya alokasi pupuk bersubsidi sampai 40% lebih itu menunjukkan pemerintah tidak berpihak kepada petani. Dia mengungkapkan penurunan alokasi pupuk bersubsidi itu terjadi sejak 2018 dan penurunan pang drastis justru terjadi pada 2024 ini.
“Kalau petani diminta untuk menyiapkan lahan, budidayanya kan sudah cukup oke. Tapi, sebenarnya yang bermasalah adalah hulu kami ini. Pupuk ini loh yang menjadi persoalan petani. Dari tahun ke tahun, mohon maaf, kepemimpinan saat ini tidak berpihak ke petani. Alokasi itu mestinya naik malah turun,” ujar dia.
Petani harus berpikir bagaimana untuk meningkatkan produksi di saat keterbatasan subsidi pupuk yang berdampak pada tingginya biaya produksi.
“Okelah pupuk subsidi berkurang, tetapi harapan petani ada jaminan harga gabah di hilir tetap tinggi, atau paling tidak sama dengan harga gabah [gabah kering panen] sekarang yang di atas Rp7.000/kg. Kami berharap pemerintah bisa menjaga harga tersebut,” pinta Suratno.
Berikut data alokasi pupuk bersubsidi di Kabupaten Sragen 2024 per kecamatan
Kecamatan Urea NPK
- Plupuh 1.542.099 kg 786.496 kg
- Sragen Kota 646.258 kg 325.981 kg
- Miri 1.121.348 kg 635.814 kg
- Karangmalang 1.108.209 kg 569.486 kg
- Masaran 1.249.097 kg 642.862 kg
- Sukodono 1.083.191 kg 730.296 kg
- Gondang 1.140.792 kg 622.108 kg
- Gemolong 1.067.799 kg 604.964 kg
- Sidoharjo 1.381.903 kg 699.521 kg
- Sambungmacan 990.542 kg 540.672 kg
- Kedawung 1.353.572 kg 683.441 kg
- Kalijambe 1.185.078 kg 654.023 kg
- Ngrampal 1.015.735 kg 529.609 kg
- Jenar 420.631 kg 1.050.926 kg
- Tangen 912.100 kg 907.838 kg
- Gesi 705.162 kg 529.448 kg
- Tanon 1.485.285 kg 762.948 kg
- Sambirejo 739.537 kg 403.506 kg
- Sumberlawang 1.760.948 kg 1.001.051 kg
- Mondokan 1,250.734 kg 790.770 kg