Wagino dikaruniai seorang putra. Alfian Maulana Pramata, namanya. Pertumbuhan bayi yang lahir 11 Februari 2010 ini lamban. Tubuhnya kurus. Tangan dan kakinya juga terlihat tidak proporsional. Berat badan bayi itu hanya 5,5 kg saat ditimbang di Posyandu setempat beberapa waktu sebelumnya. Untunglah, jangka waktu beberapa pekan berat badan Alfian bertambah menjadi 7,1 kg.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
“Mestinya anak ini sudah bisa berjalan seperti anak-anak lainnya. Saya juga memberi vitamin dan makanan secukupnya bagi Alfian. Bu Bidan tidak pernah memberi saran apa-apa. Bu Bidan hanya memberi beberapa makanan tambahan kepada anak ini,” ujar Bintang, ibu Alfian.
Dia mengakui anaknya memang kurang gizi karena keterbatasan ekonomi keluarga. Bintang bekerja sebagai buruh cuci dengan upah Rp 10.000/hari. Sedangkan suaminya bekerja sebagai tukang pijat dengan upah Rp 15.000/hari. Praktis, penghasilan maksimal mereka hanya Rp 25.000/hari. “Dengan penghasilan pas-pasan, ya kalau makan hanya seadanya. Tapi kami memrioritaskan untuk Alfian agar tumbuh normal seperti anak-anak pada umumnya,” paparnya.
Bidan Desa Dawung, Lilis, mengatakan bayi pasangan Bintang-Wagino memang termasuk bayi gizi kurang. Pertumbuhan bayi itu berada di bawah batas normal. Dia menyontohkan berat badan bayi normal seumuran Alfian minimal 7,9 kg. Tapi, berat badan Alfian masih kurang 0,8 kg.
“Faktor ekonomi keluarga memang menentukan. Di samping itu faktor kelahiran yang tidak normal juga menentukan. Alfian lahir dengan berat badan 2,5 kg, sangat mepet. Kami sudah melaporkan perkembangan Alfian ke Dinas Kesehatan. Karena belum ada program makanan tambahan, ya saya sendiri berinisiatif memberi makanan tambahan kepada Alfian dengan merogoh kocek sendiri,” akunya.
trh