Esposin, SRAGEN-Sejak Januari hingga Juni 2024, ada 49 kebakaran terjadi di berbagai daerah di Kabupaten Sragen. Mayoritas penyebab kebakaran itu ialah kelalaian.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Satpol PP Sragen Tommy Isharyanto saat ditemui Esposin di kantornya pada Senin (29/7/2024).
“Di pertengahan tahun ini, jumlah kebakaran atau pun aduan keluhan lainnya jumlahnya melebihi target prediksi kami,” kata Tommy.
Berdasarkan data tertulis yang diterima Esposin dari Tommy diketahui bahwa sejak Januari hingga Juni 2024, Damkar Sragen memprediksi target kebakaran terjadi sebanyak 19 kejadian, namun rupanya angka tersebut melesat jauh dari kenyataan, yakni sejak Januari hingga Juni kebakaran terjadi sebanyak 49 kali di berbagai titik di Kabupaten Sragen.
Dari data tertulis itu juga diketahui Maret dan Mei adalah yang tertinggi dengan masing-masing sebanyak 10 kebakaran terjadi sepanjang bulan itu.
Sementara, sepanjang 2023 lalu, kebakaran yang terjadi juga jauh dari target jumlah yang diprediksi. Damkar Sragen memprediksi sepanjang 2023 hanya bakal terjadi 175 kebakaran, namun rupanya dalam kenyataan sebanyak 205 kebakaran terjadi sepanjang 2023 lalu. Agustus adalah bulan terbanyak kebakaran terjadi yakni sekitar 39 kejadian, diikuti dengan Juli dan September dengan masing-masing sebanyak 36 kali dan 32 kali kebakaran terjadi pada bulan itu.
Saat ditanya penyebab terjadinya kebakaran, Tommy menjelaskan mayoritas karena kelalaian. Ia kemudian memberi contoh seperti saat membakar sampah tidak diawasi hingga sampah benar-benar habis terbakar, namun ditinggal begitu saja, sehingga tanpa disadari api telah merambat dan menyebabkan kebakaran.
Atau contoh lainnya yang kerap terjadi, lanjut dia ialah obat anti nyamuk bakar yang ditempatkan secara sembarangan sehingga tanpa disadari api merambat dan menyebabkan kebakaran hebat.
“Atau korsleting listrik juga kerap jadi penyebab kebakaran. Warga sering lupa ketika meninggalkan rumah tanpa terlebih dahulu mencabut aliran listriknya,” kata dia.
Tommy tidak menampik bahwa sosialisasi tentang kebakaran yang saat ini sudah dan sedang digelar Damkar Sragen kurang begitu masif sebab selain yang menjadi fokus sasaran saat ini ialah anak-anak sekolah, pihaknya juga kekurangan sumber daya.
“Sejauh ini sosialisasi masih terbatas di sekolah-sekolah dan kadang ada satu dua kelompok yang datang ke sini minta pelatihan pemadaman. Sementara untuk antisipasi belum bisa terlaksana dengan masif,” kata dia.
Karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap api. Mengingat, saat ini musim kemarau juga yang memungkinkan api lebih mudah terpantik. Ia berharap ketika membakar sampah, masyarakat menunggu hingga sampah benar-benar habis terbakar lalu api dipadamkan dengan disiram air.
Begitu pun saat menyalakan obat anti nyamuk jangan menempatkannya secara sembarang, akan terapi tempatkan yang jauh dari bahan mudah terbakar lainnya serta bagian bawah dialasi dengan bahan kaca, besi, atau bahan lainnya yang tahan api.
“Pun kalau mau meninggalkan rumah, dicek dahulu listriknya, dicabut kontak-kontak seperti televisi dan sebagainya. Jangan meninggalkan rumah begitu saja,” kata dia.
Dengan saling mengingatkan agar tidak lalai atau menganggap remeh api sekecil apa pun, kata dia, itu bisa mencegah terjadinya kebakaran yang mungkin mengakibatkan kerugian tidak sedikit.