Esposin, BOYOLALI -- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali menyebut 75% sekolah dasar negeri atau SDN di Boyolali kekurangan murid pada Tahun Ajaran 2024/2024. Namun, di lain sisi terdapat sekolah swasta yang terpaksa tidak bisa menampung murid karena kuota telah terpenuhi sejak tahun sebelumnya.
Guru di sebagian SD negeri harus melakukan berbagai upaya untuk menarik minat calon murid baru seperti iuran untuk membeli seragam, alat tulis, dan lain-lain bagi murid baru. Namun ada SD swasta yang peminatnya harus inden dulu 1-2 tahun.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Hal tersebut menjadi ironi pendidikan Boyolali di masa kini. SD negeri yang dulu menjadi idaman masyarakat untuk mendapatkan pendidikan terbaik tergeser oleh SD swasta, terlebih yang memiliki fasilitas full day.
Pengamat pendidikan Boyolali dari LSM Satria Bina Bangsa, Sigit Muryanto, menyampaikan banyaknya orang tua yang menyekolahkan anaknya di SD swasta karena sekolah memberikan program-program yang lebih menarik dibanding SD negeri.
“SD swasta bisa memenuhi kebutuhan siswa atau orang tua. Contohnya kalau orang tua bekerja kan sampai sore, nah, kecenderungannya mereka menyekolahkan anak ke full day,” kata dia kepada Esposin, Senin (29/7/2024).
Selain itu, Sigit mengatakan kedua orang tua yang bekerja cenderung tidak memiliki interaksi maksimal dengan anak untuk mendidik. Sehingga mereka lebih memilih membayar ke SD swasta agar anak mendapatkan pendidikan maksimal.
Ada juga masalah teknis ketika anak bersekolah dan pulang pada siang hari, orang tua harus mengantar jemput. Namun, ketika sekolah menerapkan sistem full day, orang tua bisa antar dan jemput sekalian berangkat dan pulang bekerja.
Menurutnya, hal tersebut belum bisa didapatkan di sebagian besar SD negeri karena kurikulum sekolah tersebut cenderung kaku dan saklek. Padahal anak mudah bosan ketika pembelajaran cenderung kaku. Konsep dan inovasi pembelajaran lebih banyak diterapkan di SD swasta.
“Padahal dalam proses pendidikan untuk anak SD, yang terpenting kan untuk pembangunan karakter,” jelas Sigit yang juga Ketua LPPM Universitas Boyolali (UBY) tersebut.
Kualitas Kepala Sekolah
Ia menampik alasan SD negeri kekurangan murid karena program KB berhasil atau usia pasangan subur tidak banyak. Alasan tersebut menurutnya tidak relevan karena orang tua selalu mencarikan sekolah dengan kualitas terbaik, tak memandang swasta atau negeri.Ketika ada SD negeri yang dinilai bagus dan berkualitas pun bakal tetap menjadi jujukan para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka. Agar SD negeri semakin diminati, ia menyarankan sekolah dipimpin oleh kepala sekolah yang berkualitas dan mau berinovasi.
Sekolah dasar negeri juga harus mampu bersaing dengan swasta dalam menanamkan budi pekerti. Tak hanya sebatas menghafal tapi mampu menjadi kebiasaan melalui praktik.
“Guru dan kepala sekolah juga harus dikurangi beban administrasinya. Sekarang guru termasuk dosen disibukkan dengan administrasi yang sangat luar biasa. Ada zoom, webinar, cari sertifikat, macam-macamlah. Sehingga, pengajar kekurangan waktu untuk memberikan pembelajaran terbaik bagi anak,” kata dia.
“Kalau pemimpinnya tidak good governance, tidak best and excellent service, ya fakta menunjukkan, dulu kan SD negeri jadi rebutan, mengapa sekarang kok malah ditinggalkan? Menurut saya pilihlah pemimpin terbaik. Lalu, cara menafsirkan kurikulum jangan saklek tapi harus improvisasi. Bagaimana pembelajaran yang fun and learning,” kata dia.
Sebelumnya, Kepala Bidang SD Disdikbud Boyolali, Setyawan, menyampaikan pada 2024 semua sekolah dasar yakni 543 SDN terisi siswa baru. Akan tetapi, sebanyak 75% SD negeri kuotanya tidak terpenuhi.
“Kalau berbicara idealnya SD itu satu kelas 28 anak. Akan tetapi, yang memenuhi persyaratan 28 siswa enggak ada 25%. Kalau kami analisis di satu kabupaten, hanya ada sekolah-sekolah tertentu yang setiap kecamatan hanya ada satu atau dua SD yang siswanya bisa sesuai yang kami harapkan,” kata dia saat berbincang dengan Esposin di SDN Cemoro, Teras, Senin (22/7/2024).