Esposin, KLATEN–Puluhan atlet panahan berkuda mengikuti ajang Indonesian National League (INL) Horseback Archery di Johnsto Stable Klaten, Desa Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan. Ajang yang juga diikuti atlet dari Malaysia serta Thailand itu digelar selama dua hari Sabtu-Minggu (31/8/2024-1/9/2024).
Ajang itu diikuti 49 peserta dari tiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Sebanyak 40 peserta dari Indonesia, lima peserta dari Malaysia, dan empat peserta dari Thailand.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Berdasarkan pantauan, para atlet menunggang kuda yang melaju kencang pada jalur tanah berpasir. Tak hanya fokus untuk melepaskan anak panah ke target, para peserta harus menjaga keseimbangan, duduk di pelana kuda yang melaju. Beberapa kuda terlihat enggan memasuki track hingga harus ditenangkan.
Beberapa peserta mengenakan pakaian tradisional dengan sisi belakang ada wadah untuk meletakkan anak panah. Ada yang mengenakan lurik, pakaian kebaya, serta pakaian tradisional menunggang kuda ala timur tengah. Untuk keamanan, mereka mengenakan helm berkuda serta sepatu bot.
Rentang usia peserta panahan berkuda di Klaten ini adalah dari delapan tahun hingga 44 tahun. Mereka terbagi dalam dua kelas umur yakni junior untuk usia di bawah 16 tahun dan senior untuk usia di atas 16 tahun. Ada tiga kategori yang dipertandingkan yakni masahee, serial shoot, serta qabaq. Dalam tiga nomor itu, para atlet memanah sembari menunggang kuda yang melaju kencang. Dalam ajang itu, setiap anak panah berujung tumpul yang mengenai sasaran dihitung sebagai poin.
Perbedaan dari ketiga kategori yakni untuk nomor masahee masing-masing peserta diberi tantangan untuk memanah tiga target dengan ukuran berbeda pada jarak tempuh 99 meter. Pada kategori serial shoot, atlet mendapatkan poin ketika berhasil memanah tiga sasaran yang dipasang dari sisi belakang, depan serta samping. Dalam kategori qabaq, peserta diberi tantangan memanah pada dua target sasaran mengarah ke bawah serta ke atas.
“Qabaq ini memang tradisional Turki yakni memanah ke bawah satu kali dan ke atas satu kali. Ilustrasinya pada zaman dahulu orang sedang berburu, ketika dikejar hewan dia bisa memanah. Dalam manuskripnya dikejar singa atau harimau sehingga memanah ke bawah dan memanah ke atas itu menargetkan elang,” kata Ketua Perkumpulan Panahan Berkuda Indonesia (KPBI), Akhmad Mustain, saat ditemui di sela kejuaraan.
Akhmad mengungkapkan ajang itu menjadi yang pertama kali digelar. Kompetisi tersebut menjadi ajang untuk menyatukan dua organisasi besar sekaligus mengasah kemampuan para atlet.
Di Indonesia, ada dua komunitas besar pegiat panahan berkuda yakni KPBI dan Persatuan Pemanah Berkuda (Perdana) Indonesia. Pada seri pertama atau yang digelar di Klaten, panitia kompetisi dari KPBI dan aturan pertandingan mengacu pada World Horseback Archery Federation (WHAF).
“Nanti seri kedua dilaksanakan di teman-teman Perdana dan kompetisi menggunakan aturan IHAA [International Horseback Archery Alliance, induk organisasi dunia dari Perdana]. Di Indonesia ada dua organisasi besar terkait panahan berkuda dan kami bersatu memajukan panahan berkuda ini agar lebih tersiar lagi ke seluruh lapisan masyarakat. Sehingga semakin banyak pegiat panahan berkuda,” jelas Akhmad.
Akhmad mengungkapkan panahan berkuda belakangan kian diminati. Saat ini, tercatat ada 600 atlet panahan berkuda. Pesatnya perkembangan olahraga panahan berkuda diakui delegasi dari Malaysia. “Dari delegasi Malaysia mengakui kalau yang paling pesat perkembangannya di Asia Tenggara ya Indonesia,” kata Akhmad.
Ketua Umum Perdana, Bandiyono, mengungkapkan ada dua role model dalam olahraga panahan berkuda yakni mengarah ke olahraga serta tradisi. “Kalau yang hari ini digelar mengarah ke historical. Sementara kalau menggunakan aturan IHAA mengarah ke sport. Ajang ini memang bertajuk persatuan dua elemen,” kata Bandiyono.
Salah satu peserta asal Thailand, Abdullah, mengungkapkan selama sebulan sudah melakukan persiapan untuk mengikuti ajang tersebut. Persiapan yang dilakukan mulai dari latihan hingga seleksi tim. Alhasil, terpilih empat orang yang berangkat untuk mengikuti ajang di Indonesia. “Event sekarang ini menjadi event yang paling serius dan bagus. Ada permainan-permainan yang kuat sehingga [kemampuan] kami bisa meningkat lagi,” kata Abdullah.