Esposin, KLATEN -- Sebanyak 130 pendaftar diterima sebagai siswa baru kelas jauh SMAN 1 Karangnongko di Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Klaten, pada tahun ajaran 2024/2025. Untuk mendukung pembelajaran seratusan siswa itu, warga mengikhlaskan rumah mereka disulap jadi ruang kelas.
Kelas jauh menjadi alternatif bagi siswa terutama asal Kecamatan Kemalang yang kesulitan mendaftar ke sekolah negeri jenjang SMA dan sederajat lantaran terkendala jarak dalam zonasi. Penerimaan peserta didik baru (PPDB) kelas jauh dibuka setelah PPDB online bergulir.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Pada PPDB tahun ini, jumlah total calon siswa yang mendaftar di kelas jauh mencapai 130 orang. Awalnya Dinas Pendidikan Jateng hanya membuka satu rombongan belajar (rombel) dengan kuota 36 siswa di kelas jauh.
Hal itu membuat pendaftar ketir-ketir, hingga akhirnya Dinas Pendidikan Jateng memutuskan seluruh pendaftar sebanyak 130 anak diterima di kelas jauh SMAN 1 Karangnongko, Klaten.
Pengumuman itu disampaikan saat digelar sosialisasi yang diwarnai aksi demo warga memprotes sistem zonasi PPDB serta menuntut seluruh pendaftar kelas jauh diterima yang berlangsung di Balai Desa Tlogowatu, Kemalang,, Jumat (26/7/2024).
Untuk memfasilitasi siswa kelas jauh, pemerintah desa berkoordinasi dengan warga menyiapkan ruang kelas. Selama ini belum ada ruang kelas permanen untuk kelas jauh SMAN 1 Karanganongko.
Ruang yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran yakni meminjam dua ruang kelas SDN 1 Tlogowatu serta aula kantor desa. Sementara untuk siswa pada tahun ajaran baru ini akan belajar rumah warga yang siap digunakan untuk ruang kelas.
Rasa Kemanusiaan
Rumah warga itu berada di Dukuh Genep, RT 012/RW 009, Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang. Setidaknya ada tiga rumah yang siap digunakan. Dua rumah disiapkan untuk ruang kelas, sementara satu rumah untuk cadangan jika ruang yang disiapkan di dua rumah itu tidak mampu menampung seluruh siswa.Salah satu rumah yang siap digunakan untuk ruang kelas diketahui yakni milik Yoso Harjo. Ruangan yang disediakan berbentuk limasan dan selama ini menjadi ruang tamu. Ukurannya cukup luas. Di rumah itu, kursi-kursi lipat sudah disiapkan di depan rumah dan tinggal menata. Kursi itu berasal dari SMAN 1 Karangnongko.
“Tadinya Pak Kades yang minta izin. Kemudian bapak oke. Selama ini ruangan itu menjadi ruang tamu. Kemudian bagian belakang untuk ruang keluarga,” kata salah satu anak Yoso Harjo, Sumardiyono, 46, saat ditemui wartawan di rumahnya, Jumat (26/7/2024).
Sumardiyono mengatakan orang tuanya mengikhlaskan ruang tamu digunakan untuk ruang kelas agar bisa membantu anak-anak di sekitar wilayahnya melanjutkan pendidikan SMA. “Yang penting bisa untuk anak-anak belajar,” jelas Sumardiyono.
Ketua RW 009, Dukuh Genep, Desa Tlogowatu, Tumiyanto, mengungkapkan warga tak masalah rumah mereka disulap menjadi ruang kelas. Apalagi, sebelumnya Kades setempat sudah datang langsung meminta izin rumah mereka digunakan sebagai tempat pembelajaran siswa kelas jauh.
“Karena rasa kemanusiaan agar anak-anak memiliki ruang untuk belajar. Pak Kades sudah minta izin, nembung kepada yang punya dan dibolehkan. Pilihannya di sini karena dekat dengan lahan calon pembangunan SMA. Hanya tersekat jalan kampung dengan lahan yang disiapkan,” ungkap Tumiyanto.
Tersingkir di Zonasi
Kades Tlogowatu, Suprat Widoyo, menjelaskan kelas jauh merupakan kelas yang disiapkan untuk mengakomodasi siswa lulusan SMP sederajat yang terdampak aturan zonasi terutama dari wilayah lereng Gunung Merapi.Rata-rata siswa di kelas jauh itu berasal dari wilayah Kecamatan Kemalang, sebagian dari wilayah Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, Manisrenggo, serta Karangnongko.
Mayoritas siswa kelas jauh merupakan warga Kemalang yang hingga kini belum ada sekolah setingkat SMA/SMK negeri. Satu-satunya SMA/SMK negeri terdekat yakni SMAN 1 Karangnongko.
Sementara jika masuk melalui jalur zonasi, peluang lulusan SMP dari Kemalang diterima di SMAN 1 Karangnongko selama ini cukup kecil lantaran jarak zonasi yang cukup jauh. Desa Tlogowatu, misalnya, berjarak sekitar 12 km dari SMAN 1 Karangnongko.
Suprat menjelaskan kelas jauh tersebut menjadi solusi. Selama tiga tahun terakhir kelas jauh sudah berjalan. Setiap tahun, jumlah peminatnya pun terus bertambah.
Pada tahun pertama sekitar 40 siswa, tahun kedua sekitar 46 siswa, dan tahun ketiga sekitar 83 siswa. “Tahun ini meluluskan satu kelas untuk rombongan siswa yang mengisi kelas jauh di tahun pertama,” jelas Suprat.
Seusai seluruh pendaftar diumumkan diterima, Suprat menjelaskan teknis soal pelaksanaan pembelajaran dibahas oleh Disdik Jateng. Hal itu termasuk keputusan kapan pembelajaran siswa baru di kelas jauh dimulai.