Esposin, SRAGEN--Sebanyak 22 warga Dukuh Kalikunci, Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Sragen, diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi nasi gudangan dari bancakan selapanan bayi warga setempat, Rabu (4/9/2024). Dari puluhan warga yang keracunan massal itu, hanya empat orang di antaranya yang rawat jalan dan 18 orang lainnya menjalani opname di Puskesmas Sambirejo, Puskesmas Gondang, dan RS Ibnu Sina Sragen.
Pasien di Puskesmas Sambirejo, Sragen, membeludak karena penuh. Beberapa pasien terpaksa dirawat di luar ruangan bangsal dan sebagian ada yang di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ada 16 orang pasien yang dirawat inap atau opanme di Puskesmas Sambirejo hingga Rabu, pukul 15.00 WIB. Mereka rata-rata mengonsumsi nasi bancaan yang terdiri dari nasi, gudangan/urap, pelas, serta botok.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sragen, Sri Subekti, menyampaikan kasus keracunan tersebut diduga disebabkan makan makanan dari hajatan selapanan bayi yang berisi urap, bumbu urap, iwel-iwel, telur rebus, dan lainnya.
Dia menyebut ada 22 orang yang mengeluh mual, muntah, diare, dan panas. Dia mengatakan setelah mengelami keluhan itu lalu mereka datang ke Puskesmas Sambirejo sebanyak 16 orang dan kemudian rawat inap dan empat orang rawat jalan.
“Satu orang dirujuk ke RS Ibnu Sina Sragen sesuai permintaan pasien sendiri. Satu lagi dirawat di Puskesmas Gondang, Sragen. Semua pasien sudah ditangani tim medis dan dokter di puskesmas. Kondisi mereka mulai stabil. Kami juga ke lokasi rumah yang hajatan untuk mengambil sampel makanan. Hasil sampel itu kami kirim ke Laboratorium Kesehatan di Semarang hari ini juga,” jelas Subekti.
Terkait penyebab keracunan makanan di Sambirejo Sragen itu, dia menjelaskan, menunggu hasil uji laboratorium. Subekti juga membuka posko kesehatan di Dukuh Kalikunci RT 017, Desa Dawung, Sambirejo, Sragen, untuk antisipasi bila terjadi tambahan kasus. “Kami sudah melakukan surveilans dan penyelidikan ke lokasi. Kami mengambil sampel air, sampel makanan. Sisa muntahan dari penderita juga kami ambil sebagai sampel. Semua akan kami kirim ke Labkes Semarang hari ini,” ujarnya.
Subekti menjelaskan hajatan selapanan bayi itu dilaksanakan pada Selasa (3/9/2024). Dia menjelaskan seperti biasanya makanan berupa nasi gudangan itu dibagikan kepada warga dan saudara. Kemudian pada sore dan malam harinya dimakan. Pada pagi harinya, para warga banyak mengeluhkan perut mual, dan diare, disertai panas.