Lahan seluas 22 hektare itu terbagi di enam kecamatan yakni Plupuh, Tanon, Kalijambe, Gemolong, Sumberlawang dan sebagian Sambirejo.
Kepala Desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Pri Handoko, menjadi salah satu pemrakarsa penanaman pisang cavendish di Bumi Sukowati. Menurutnya, pisang cavendish nantinya lebih banyak dibudidayakan di wilayah utara dan barat Sungai Bengawan Solo yang selama ini dikenal tandus.
“Sementara sudah ada 20 kepala desa yang mau mendukung budi daya pisang ini. Rencananya kami mendirikan Koperasi Raja Pisang Sukowati. Anggotanya ya para kepala desa itu. Nanti kepala desa yang lain juga bisa ikut bergabung,” ucap Pri Handoko yang lebih akrab disapa Hanjus tersebut kepada Esposin, Sabtu (8/8/2020).
Wajib Tahu! Ini Kamus Pintar Bahasa Wong Sragen, Biar Gak Gagal Paham
Permintaan pisang cavendish atau ambon putih di pasar dunia belakangan ini cukup meningkat. Pisang ini menjadi salah satu komoditas buah favorit di berbagai negara.
Diekspor ke Jepang
Rencananya, hasil panen pisang cavendish di Sragen diolah menjadi tepung. Selanjutnya, tepung itu akan diekspor ke Jepang untuk diolah menjadi aneka makanan yang menyehatkan.Sebagai daerah tropis, Indonesia dipandang berpeluang besar meraup keuntungan dari pengembangan pisang cavendish.
Ini Aktivitas Mbah Minto Klaten Setelah Jadi Jutawan
“Harapan kami, pisang cavendish bisa menjadi ikon bagi Sragen nantinya. Kalau Solo punya tengkleng, Sukoharjo punya jamu, Wonogiri punya mete, Boyolali punya susu, Karanganyar punya jeruk tawangmangu, Sragen punya pisang cavendish. Ke depan kami akan membangun tugu pisang yang berukuran besar,” terang Pri Handoko.
Giyanto, warga Gabugan, Tanon, Sragen, yang menyiapkan lahan untuk budidaya pisang cavendish mengatakan satu hektare tanah bisa ditanami 2.500 bibit pisang dengan jarak dua meter antartanaman. Dalam waktu dekat, penanaman bibit pisang cavendish akan dimulai di wilayah Sumberlawang.
“Secara individu, sudah ada 10 warga yang berminat membudidayakan pisang cavendish. Mereka tidak masuk koperasi yang diprakarsai oleh para kepala desa,” papar Giyanto.