by Joko Suyanto Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Minggu, 18 Agustus 2013 - 11:01 WIB
Esposin, KLATEN -- Warung apung di Rawa Jombor, Kecamatan Bayat, Klaten, kini tak lagi mengapung. Sudah sekitar setengah tahun debit air di Rawa Jombor berkurang karena tidak ada hujan, sehingga warung apung tak dapat mengapung.
Surutnya air di Rawa Jombor itu dimanfaatkan warga untuk menanam padi dilokasi rawa. Sementara sebagian pedagang mengeluhkan surutnya air di tempat yang digunakan untuk meraup rupiah itu.
Bu Erna salah seorang pemilik warung apung di kawasan rawa Jombor, mengaku warung miliknya sekarang sudah tidak mengapung. Sekarang sudah kandas di dasar rawa. Ia menjelaskan kondisi tersebut berdampak pada berkurangnya pengunjung.
“Ya kalau tidak mengapung begini pengunjung sepi. Biasanya warung bisa bergoyang-goyang layaknya di kapal,” kata dia saat ditemui Espos.id di warungnya, akhir pekan kemarin.
Ia menambahkan, mengeringnya sebagian rawa dimanfaatkan warga untuk menanam padi. Ia mengaku dampak yang signifikan dari mengeringnya rawa adalah terhadap populasi ikan. “Kalau lele bisa tetap bertahan hidup walaupun sedikit air, hla untuk yang lain seperti nila gurami dan bawal bisa-bisa mati.”
Pedagang lain, Yanto, mengeluhkan hal yang sama. Kondisi mengeringnya air Rawa Jombor mempengaruhi konsumen atau pengunjung yang datang di warungnya. Menurutnya sebagian besar warung di Rawa Jombor sudah tidak mengapung lagi.
Sementara pantauan Espos.id, beberapa warung apung di Rawa Jombor terlihat sudah tidak mengapung layaknya warung apung. Beberapa warung apung terlihat kandas dan bagian bawah warung atau drum yang berfungsi sebagai pengapung terlihat menyentuh lumpur rawa. Ada beberapa warung apung ditutup pemiliknya lantaran kondisi warungnya miring yang disebabkan tidak ratanya lumpur yang menopang warung.
Pemandangan lain, warung-warung tersebut terlihat tidak lagi berada di rawa, namun seperti berada di tengah sawah. Karena di sekeliling warung-warung tersebut terdapat tanaman padi.