Esposin, SRAGEN -- Sebanyak 11 orang warga Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah yang mengalami keracunan massal saat menyantap bancakan wetonan Sura sudah pulang ke rumah masing-masing pada Sabtu (27/8/2022).
Sebelumnya, belasan warga tersebut sempat mendapatkan perawatan di Klinik Naura Medika Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Di sisi lain, Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen telah mengambil tiga sampel dan sudah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jateng di Semarang
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
“Semua pasien keracunan massal sudah pulang ke rumah masing-masing. Dan sampel yang diambil sudah dikirim ke laboratorium di Semarang. Kejadian itu belum kejadian luar biasa. Untuk pencegahan supaya dalam penyajian makanan harus terjamin kebersihan,” ujar Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, saat dihubungi Esposin lewat WhatsApp, Sabtu siang.
Diberitakan sebelumnya, tim DKK Sragen mengambil sampel bumbu gudangan berbahan parutan kelapa, tanah yang digunakan mengolah daun pepaya supaya tidak pahit, dan air untuk memasak gudangan pada Jumat (26/8/2022) petang.
Sekretaris DKK Sragen, Fanni Fandani, menyampaikan sampel air akan diuji di Labkesda DKK Sragen, tetapi akhirnya seluruh sampel dibawa ke Labkesda Provinsi Jateng. Dia menjelaskan alat di Labkesda DKK Sragen belum bisa untuk penegakan jenis bakteri.
Baca Juga : Waduh! 11 Warga Celep Sragen Keracunan Massal seusai Makan Nasi Bancakan
Kepala DKK Sragen, Hargiyanto, menerangkan dalam penanganan kasus keracunan itu yang penting penanganan kedaruratan karena muncul gejala diare, muntah, dan demam. Dia menjelaskan penanganan kedaruratan sudah dilakukan dengan merawat 11 orang itu ke klinik kesehatan.
Setelah kedaruratan tertangani, kata dia, DKK melakukan surveilans untuk mengetahui penyebab keracunan. “Dalam surveilans itu kami datang ke lokasi di Dukuh Ngrombo dan mengambil sampel air maupun makanan. Sampel itu diuji di laboratorium Semarang. Untuk pasien yang dirawat, Sabtu sudah pulang karena kalau sudah muntah dan diare biasanya 2-3 hari sudah sembuh,” jelasnya.
Dia menduga penyebab keracunan itu bisa jadi bahan yang digunakan saat mengolah bancakan itu ada yang tidak tahan lama. Biasanya, lanjutnya, memasak makanan itu pagi dan baru disajikan malam hari.
Dia mencontohkan acara hajatan, halalbihalal. Penyajian makanan pada malam hari tetapi biasanya memasak mulai pagi sehingga siang hari sudah siap. Setelah penyebab diketahui, ujar dia, DKK Sragen akan menindaklanjuti dengan penyuluhan kesehatan ke tingkat RT. Penyuluhan itu bertujuan mengedukasi masyarakat tentang bagaimana menjaga makanan yang baik dan higienis.
Baca Juga : Keracunan Massal di Celep Sragen: DKK Ambil Sampel Bumbu Gudangan dan Tanah